Lihat ke Halaman Asli

Salahkah Jokowi Meneruskan Gagasan Gubernur Sebelumnya?

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13888010622146553566

Wakil Ketua DPD Hanura DKI Jakarta, Rachmat HS menyebutkan bahwa memasuki bulan ke-15, Jokowi belum memperlihatkan adanya hasil kerja konkrit yang dirasakan masyarakat Jakarta. Yang menonjol hanya kerja bergaya kerakyatan, blusukan. Seolah-olah ingin menyerap langsung permasalahan rakyat di lapangan. Semua yang dilakukan Jokowi masih meneruskan gagasan Gubernur sebelumnya. Apa yang dilakukan Jokowi belumlah menyelesaikan permasalahan utama di Jakarta yakni teror kemacetan dan banjir. Mana gagasan Jakarta baru? (sumber DISINI) Sebuah upaya menggiring opini publik untuk berkesimpulan bahwa Jokowi tidak menyelesaikan permasalahan utama, serta tidak punya gagasan Jakarta Baru. Yang berujung pada: jangan pilih Jokowi jadi Presiden. Salahkah meneruskan gagasan gubernur sebelumnya? Oktober lalu, Jokowi memulai pengerjaan MRT dan Monorail, yang akan mengurangi kemacetan Jakarta. Ini merupakan bagian dari pemenuhan janji Jokowi saat kampanye 2012. Visi Jokowi jelas. Dukungan finansial dan politiknya juga jelas. Ini bukan hal yang mudah, karena sepanjang sejarah transportasi DKI, proyek MRT dan Monorail merupakan proyek yang ditunggangi berbagai kepentingan pribadi dan kelompok sehingga proyek itu sendiri malah berhenti. Masterplan tata kota tahun 1970 tidak dikembangkan dengan baik sehingga menyebabkan kemacetan. Sesuai riset yang dilakukan oleh Japan International Co-operation Agency (JICA), kemacetan Jakarta bisa mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar Rp.65 triliun per tahun pada tahun 2020, meningkat dari Rp.13 triliun per tahun pada tahun 2005, yang tersebar menjadi beban kenaikan harga, terutama pada harga pangan. Perencanaan Transportasi DKI Monorail direncanakan berkapasitas 300,000 penumpang per harinya saat mulai beroperasi. Yang menghubungkan pusat kota Jakarta, terutama Kuningan dan Sudirman ke barat dan timur. Saat rencana ini diumumkan pada tahun 2004, mengalami pergantian kepemilikan beberapa kali hingga diabaikan oleh Pemda. Akhirnya menjadi Proyek Tidak Dikerjakan. MRT bahkan sudah direncanakan jauh lebih lama. Proposal awal sudah bergulir tahun 1980an yang direncanakan bisa mengangkut 412,000 penumpang pada tahun 2012. Namun juga menjadi Proyek Tidak Dikerjakan. Jadi, proyek transportasi adalah proyek yang tidak dikerjakan. Proyek Berhenti. Tersandung rebutan titipan kepentingan pribadi dan kelompok. Jokowi datang. Menjalankan proyek yang berhenti. Hingga saat ini berjalan mulus, artinya kendala rebutan titipan kepentingan tadi teratasi. Demikian juga soal pembiayaan, teratasi. Ini menjadi prestasi tersendiri, karena gubernur terdahulu tidak mampu mengatasi dua kendala tersebut. Namun, persoalan tidak hanya dua itu saja. Tidak adanya lahan memadai untuk dilalui MRT dan Monorail serta tidak tersedianya pasokan listrik untuk menjalankan moda transportasi ini masih menghadang. Jadi, membuat jalur transportasi tidak sim salabim abrakadabra problem solved. Pemilu 2014 juga merupakan tantangan tersendiri bagi ketahanan proyek ini, yang cukup sexy untuk digoreng untuk menjatuhkan Jokowi. Bagaimanapun, Jokowi memang tidak perlu punya program baru selain meneruskan program sebelumnya yang tidak dikerjakan sama sekali. . Sumber: facebook upload . - Esther Wijayanti -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline