Lihat ke Halaman Asli

Estetia Alma

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara

Culture Shock Mahasiswa Perantau di Kota Medan

Diperbarui: 28 Mei 2023   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Estetia Alma (200904035)/Cyntia Lim (200904071)

Dosen : Drs.Syafruddin Pohan,M.Si,Ph.D

 

Sebagian besar mahasiswa identik dengan perantau, lokasi universitas yang tersebar di kota-kota besar Indonesia dengan tingkat kualitas berbeda-beda memunculkan pandangan berbeda pada masing-masing calon mahasiswa dalam menentukan pilihan universitas.

Bercampurnya mahasiswa dengan identitas budaya yang berbeda-beda dalam suatu daerah bukanlah hal baru yang terjadi di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat gerak sosial geografis oleh seorang individu atau kelompok individu di atas kemajemukan budaya, suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya yang terdapat di Indonesia yang sangat memungkinkan terjadinya kontak budaya diantara penduduk Indonesia. Maka tidak heran jika potensi terjadinya kekagetan budaya di antara para individu perantau yang tinggal di suatu daerah baru juga akan semakin besar. 

Pada tahap awal kehidupannya di tempat rantauan ia akan mengalami problem ketidaknyamanan terhadap lingkungan barunya yang kemudian akan berpengaruh baik secara fisik maupun emosional sebagai reaksi ketika berpindah dan hidup dengan lingkungan baru terutama yang memiliki kondisi budaya berbeda. Budaya yang baru dapat berpotensi menimbulkan tekanan, karena memahami dan menerima nilai-nilai budaya lain bukanlah hal yang instan serta menjadi sesuatu hal yang tidak dapat sepenuhnya berjalan dengan mudah. 

Culture shock (gegar budaya) pertama kali diperkenalkan oleh antropologis bernama Oberg pada tahun 1960 untuk menggambarkan respon yang mendalam dan negatif dari depresi, frustasi, dan disorientasi yang dialami oleh individuindividu yang hidup dalam suatu lingkungan budaya yang baru (dikutip dari Dayakisni, 2012: 265).

            Culture shock di lingkungan kampus 

Culture shock merupakan tuntutan penyesuaian yang berada pada level kognitif sosio-emosional, perilaku dan psikologi yang dialami oleh seseorang yang berada pada budaya yang berbeda (Indrianie, 2012). Seseorang yang mengalami gegar budaya atau culture shock, biasanya akan merasa cemas, bingung, frustasi. 

Sebab, ia mengalami kehilangan tanda, lambang dan cara bergaul yang diketahuinya dari kultur asalnya. Culture shock atau gegar budaya adalah kondisi saat seseorang mengalami goncangan mental dan jiwa yang disebabkan oleh adanya ketidaksiapan dalam menghadapi kebudayaan asing dan baru baginya. Kondisi tersebut menyebabkan seseorang mengalami stres, gelisah, tidak percaya diri hingga depresi (Aang Ridwan, 2006).

Timbulnya masalah culture shock tersebut memicu persoalan penyesuaian diri mahasiswa atau yang biasa disebut dengan proses adaptasi. Adaptasi merupakan upaya yang dilakukan setiap individu agar dapat menyatu dengan segala kondisi di lingkungan baru. Setelah memutuskan keluar dari lingkungan hidup yang lama dan masuk ke dalam lingkungan hidup yang baru, maka permasalahan yang berkenaan dengan kondisi sosial budaya di lingkungan baru perlahan-lahan akan bermunculan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline