Lihat ke Halaman Asli

Teman Ahok "Menghilang" di Penjara Cipinang!

Diperbarui: 9 Mei 2017   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Malam para pembaca yang budiman, semoga tulisan amburadul Ester ini bermanfaat. Horas!

Sedih, marah, benci … dada pencinta Ahok bergemuruh, ada suara-suara yang tertahan, ada emosi yang terpendam, ada … ratusan, ribuan, mungkin jutaan massa berkumpul di depan “hotel” Cipinang. Mereka melihat “anak tuhan” yang menderita akibat dosa. Menderita akibat kata-kata yang tidak terjaga. Seperti kata “tuhan” Mat 15 (18) “Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang”. Kini Ahok telah menuai apa yang ditanamnya.

Apalah artinya jutaan karangan bunga? Kecuali menjadi sampah yang tidak berguna, jika saja disumbangkan kepada orang-orang miskin seperti “hujan sembako” di hari-hari terakhir pemilihan, mungkin Tuhan lebih berkenan. Apalah maknanya balon-balon merah putih yang melambai anggun di balai kota? jika saja uang-uang tersebut korban gusuran, mungkin mereka tersenyum dan Tuhan pun berkenan.

Menyelamatkan “anak tuhan” yang durhaka atas lisannya adalah sebuah penghinaan … ya, sebagaimana dikatakan “tuhan” … apa yang keluar dari mulut berasal dari hati. Maka kata-kata kasar “anak tuhan” sesungguhnya bukan saja untuk para pengundal dan penjahat di balai kota, tetapi juga bagi siapa saja, apakah orang tersebut salah atau tidak … bagi “anak tuhan” mengumpat dan memaki adalah “kebutuhan” untuk menundukkan siapa pun, bahkan mungkin Tuhan sekalian.

Ester melihat orang-orang yang bertahan dikegelapan malam, dengan segala hysterianya, mereka mengutuk keadilan, mengutus keputusan hakim … ada ketidakadilan di sana, ada keraguan disana … tetapi Ester melihat semua kata-kata tersebut tidak bernilai sama sekali. Lontaran kata-kata untuk memenangkan hati yang panas, membenarkan yang salah. Bukankah hakim adalah wakil tuhan? Oiya, Tuhan yang mana? Begitu kata-kata mereka. Dengan wajah yang menegang dan mata yang penuh kebencian.

Kembali kepada tema, Ester sedang mencari teman-teman Ahok yang pernah mengejutkan publik atas pengakuannya mendapatkan dukungan 1 juta KTP. Walaupun pada akhirnya Ahok berkhianat meninggalkan teman ahok dengan alasan-alasan teknis. Tetapi fenomena teman ahok tentunya menjadi kajian yang menarik, apresiasi tinggi terhadap kerja mereka mengumpulkan 1 juta KTP, walaupun belum diverifikasi. Tetapi Ester belum melihat para elit-elit teman ahok pada aksi dukungan Ahok di “hotel” Cipinang. Begitu juga setelah kekalahan dalam pilkada. Apakah teman ahok meninggalkan Ahok? Apakah teman ahok akhirnya menyadari bahwa “anak tuhan” sudah terpapar “racun”? dan idealismenya telah terinjak oleh kaki-kaki partai-partai politik pendukungnnya? Kemanakah mereka, disaat Ahok sedang membutuhkan teman setiaanya, yaitu teman ahok dengan 1 juta KTPnya.

Jangan tinggalkan Ahok sendiri disana, teman ahok harus menemaninya. Seorang pecinta akan mati jika harus jauh dari yang dicinta.

Malam ini, Ester belum bisa tidur, membaca timeline di FB, Twitter, Instagram “mengamuk” akibat keputusan hakim. Mereka menyalahkan “wakil tuhan” tetapi selama ini membiarkan “anak tuhan” berbicara senaknya tanpa mau menasehatinya … bukankah ada pepatah “mulutmu harimaumu”? atau apakah kata-kata Tuhan tidak lagi bermakna? “Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang”Bagi pecinta, Tuhan tidak lagi didengarkan … karena mereka telah jatuh hati terhadap “anak tuhan” … mungkinkah Tuhan akan dikudeta oleh para pecinta “anak tuhan”? Entahlah.

Ester melihat kekuatan para pecinta “anak tuhan” hanyalah kumpulan buih-buih yang hanya muncul jika tersibak gelombang, seiring waktu buih-buih ini akan hilang dan tercerai berai. Kini waktu yang akan membuktikan, apakah perkataan Ester benar atau salah.

Malam ini, langit begitu cantik, apakah ini tanda dari Tuhan yang tersenyum bahagia … “anak tuhan” harus menderita karena dosa-dosanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline