Lihat ke Halaman Asli

Ester MelatiHasiana

Mahasiswi Kedokteran Universitas Airlangga

Hustle Culture Itu Baik atau Buruk Sih?

Diperbarui: 30 Mei 2022   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Zaman ini sering sekali kita melihat di cafe-cafe atau restoran, beberapa orang makan sambil membuka laptopnya dan mengerjakan banyak hal, misalkan tugas ataupun pekerjaan. Sering juga kita melihat banyak orang yang bahkan sampai malam pun masih mengerjakan banyak pekerjaan dan semua ini selalu berulang setiap harinya. Inilah yang kita sebut dengan Hustle Culture.

Sebenarnya apa sih Hustle Culture itu?

Hustle Culture itu adalah sebuah gaya hidup dimana karir menjadi prioritas hidup dibandingkan dengan aspek kemanusiaan, seperti berkomunikasi dengan keluarga dan teman, melakukan hobi, dan kegiatan personal lainnya.

Hustle Culture sendiri sudah menjadi standar sosial, khususnya pada generasi muda, dimana seseorang harus menggunakan kemampuannya 110%, 24 jam dalam sehari, dan waktu tidurnya untuk meraih kesuksesan. 

Hustle Culture ini sangat sering terjadi pada generasi muda, khususnya pada mahasiswa. Apalagi sejak pandemi terjadi, banyak mahasiswa yang beranggapan bahwa semakin banyak jumlah waktu yang dipakai untuk mengikuti berbagai macam kegiatan akan membuat mereka semakin dekat dengan kesuksesan. 

Meskipun masih banyak orang yang menganggap Hustle Culture ini sebagai sebuah gaya hidup yang tepat menjadi tolak ukur kesuksesan dan keproduktifan seseorang, tetapi masih banyak orang juga yang kurang sadar dampak negatif yang dihasilkan dari Hustle Culture itu sendiri. 

Seperti yang pernah dikatakan oleh Aidan Harper, Hustle Culture ini membentuk asumsi bahwa nilai diri kita sebagai seorang manusia hanya dilihat dari produktivitas kita saja, yaitu kemampuan kita untuk bekerja dan bukan pada rasa kemanusiaan kita. 

Dengan adanya Hustle Culture, semakin banyak anak muda yang "over-worked" tanpa melihat kemampuan dirinya. Kebanyakan anak muda merasa semakin banyak hal yang ia lakukan akan semakin baik, tanpa melihat bahwa di belakang tidak hanya kelelahan secara fisik yang akan dirasakan, tetapi akan ada kelelahan emosional juga yang ia alami. 

Beragam masalah psikologis sering muncul sebagai akibat dari Hustle Culture ini. Mulai dari rasa cemas berlebih, stres, depresi, dan burnout. Burnout sendiri merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami kelelahan secara fisik dan mental sehingga menghambat produktivitasnya. 

Dapat dilihat dari dampak yang ada bahwa Hustle Culture itu sendiri dari yang tujuan awalnya untuk memaksimalkan produktivitas pada akhirnya malah membuat produktivitas seseorang menurun dan menyimpang dari tujuan awal. Tidak berhenti disitu, ternyata Hustle Culture juga bisa mengakibatkan lebih dari sekadar kelelahan fisik yang dapat diselesaikan dengan tidur. 

Jika kita lihat dari sisi kesehatannya, orang-orang yang memiliki aktivitas berlebihan dan bekerja selama 55 jam atau lebih dalam seminggu akan menyebabkan irama jantung yang tidak teratur dan menyebabkan gumpalan darah yang akhirnya menyebabkan penyakit stroke.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline