Lihat ke Halaman Asli

Berani Bermimpi dan Lakukan yang Terbaik, Tidak Ada yang Tidak Bisa #TAYTB!

Diperbarui: 9 Mei 2019   16:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Teringat, 6 tahun yang lalu adalah masa bahagia dimana akhirnya aku bisa lulus pendidikan Strata-1 jurusan Information Technology (IT) di Bandung. Aku memilih jurusan IT tentunya sesuai passion ku semenjak duduk sekolah menengah ke atas.

Setelah lulus, tidak sedikit orang yang meragukan peran dan keahlianku di industri IT. Banyak orang bilang:

"Skill kamu terlalu basic untuk bersaing di industri IT."

"Hah? Kamu mau masuk Bank? Susah loh IT nya. Emang kuat?"

"Udah deh cewe itu masuknya jadi administrasi aja. Enggak akan bisa masuk ke Industri IT"

"Percuma IPK tinggi, nggak kepake di dunia kerja"

Saat itu, aku galau banget untuk memilih pekerjaan mana yang benar-benar sesuai. Aku selalu membandingkan diri dengan teman-teman ku yang sukses dan sudah diterima di beberapa perusahaan IT Bandung. Nyaliku ciut. Setelah lulus akhirnya aku memilih bekerja menjadi bagian administrator di sebuah perusahaan. Aku melakukan hal yang sama berulang, tidak ada tantangan. Aku berada di zona nyaman yang berujung jenuh.

Sampai pada satu waktu, ada ajakan teman untuk melamar di salah satu Bank swasta di Bandung, yaitu Bank OCBC NISP. Tidak banyak berharap, aku memberanikan diri untuk mengirim surat lamaran ke divisi IT Bank yang sudah berdiri sejak tahun 1941 itu. Rasanya campur aduk, hanya bisa pasrah dan berdoa. Berharap, skill ku yang kata orang ini standard bisa lolos dan memenuhi kualifikasi.

Syukurnya, proses masuk bisa aku lalui sampai tahap akhir. Di tahun 2014 aku resmi menjadi pegawai Bank OCBC NISP divisi IT. Akhirnya aku benar benar memberanikan diri untuk terjun di industri IT. Tantangan baru dimulai! Aku ini tipe orang yang minder dan rendah diri. Aku selalu mengingat kata orang, kalau skill aku itu terlalu basic untuk bersaing di industri IT. 

Dengan pengetahuan minim soal perbakankan, aku makin merasa enggak bisa apa-apa. Satu tahun awal adalah fase terberat untuk beradaptasi. Aku stress, sakit-sakitan, dan rasanya sulit banget untuk bisa semangat masuk kerja. Apalagi mental mahasisiwi masih melekat di otakku, dikit-dikit pengen resign! Berharap lebih, tapi tidak melakukan apa-apa. Setiap hari aku selalu mengasihani diri dan selalu merasa tidak memiliki kemampuan di bidang IT.

Ternyata, mental kerja itulah yang malah membuat aku ada di level skill yang sama. Aku menjadi orang yang tertutup, minder, fokus dengan apa yang aku nggak bisa dan fokus dengan apa kata orang. Di titik itu aku merasa hanya menjadi toxic di perusahaan. Bayangkan begitu banyak orang berlomba untuk bisa masuk kerja dengan motivasi tinggi. Trus? Kalau kita nggak mau bergerak dan berjuang, ya pasti tertinggal. Kesuksesan itu menjadi hanya sebuah mimpi yang tertimbun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline