Lihat ke Halaman Asli

Ester Ayu Nadeak

Part Time writer

KKN-T IPB Optimalisasi Produktivitas dan Kesejahteraan Hidup Masyarakat Kala Pandemi di Kelurahan Menteng, Bogor Barat

Diperbarui: 31 Maret 2021   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Kelompok KKN-T IPB bersama ibu KWT Kelurahan Menteng, Bogor Barat

Pandemi covid-19 yang terus berlangsung sangatlah meresahkan. Disadari atau tidak, semua orang berupaya melawan pandemi ini. Kebiasaan baru pun mulai terbentuk. Mulai dari memakai masker saat keluar rumah, berjaga jarak satu sama lain, hingga kebiasaan rutin mencuci tangan.

Kampus dan kantor dirumahkan, transportasi umum dibatasi, dan beberapa fasilitas umum ditutup sementara. Petani, peternak, nelayan, buruh, dan UMKM kian terpuruk. Semua pihak berupaya meminimalisir penyebaran virus sebisa mungkin. Organisasi mahasiswa yang tergabung dalam KKN-T IPB pun turut andil dalam penanganan dampak virus ini. Misalnya saja, tim Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) di Kelurahan Menteng, Bogor Barat. Mereka adalah Arrasyid Wardana (ketua), Tania Adila, Faisal Faridz, Alisha Nurul, Sarah Salsabila, Nadya Ameylda, Salsabila Salma, Cyndana Haerani, Misykah Wihdati, dan Rayhan Lizardo.  

Di daerah perkotaan, menjadi petani atau peternak  bukanlah hal mudah. Namun, bukan berarti hal tersebut mustahil untuk dilakukan. Dengan keterbatasan lahan di perkotaan, sektor pertanian dan peternakan dapat diintegrasikan menjadi sistem yang lebih efisien. Misalnya, ada yang dikenal dengan istilah "integrated urban farming system". Sistem ini mengintegrasikan sektor pertanian dan peternakan di lahan-lahan sempit, khususnya di daerah perkotaan. Hasil tani dan ternak dari sistem ini dapat dioptimalkan sebagai produk bahan pangan. Selain itu, dapat menjadi tambahan sumber pendapatan rumah tangga dengan menjualkan hasil pangan tersebut. 

Contoh tanaman yang bisa dibudidayakan di daerah perkotaan misalnya kangkung. Pertumbuhannya tidak memerlukan persyaratan tempat yang sulit. Di daerah Bogor Barat misalnya, penanaman kangkung sangat tepat karena persediaan air tanah selalu tersedia oleh curah hujan yang konsisten. Namun perlu diwaspadai juga, hama kangkung seperti ulat grayak, kutu, dan kumbang daun dapat menyebabkan gagal panen. Jika tidak dikendalikan, akan terlihat bagian pinggir daunnya bergerigi. Bahkan, bagian daunnya menjadi bolong-bolong akibat gigitan hama tersebut.

Puncak serangan hama ini terjadi pada musim kemarau, dimana kelembaban udara rata-rata 70% dan suhu udara sekitar 18-230C. Pada cuaca demikian, ngengat akan terangsang untuk  berbiak  dengan persentase  penetasan  telur  yang sangat  tinggi. Larva kecil pun merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan akhirnya hanya tersisa tulang-tulang daun saja. Serangan pada tingkat yang lebih parah pun menyebabkan gundulnya tanaman.

Dalam mengendalikan hama tersebut, tim KKN Kelurahan Menteng yang diketuai oleh Arrasyid (IPB) memberikan sosialisai terkait pengendalian hama tanaman. Misalnya, hama ulat grayak yang dapat dikendalikan dengan melakukan penanaman serempak. Lalu, pemusnahan kelompok telur dan larva dalam tanah dengan mengatur pengolahan tanah yang baik, dan penggunaan NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus) sebagia alternatif lainnya.

Ada pula serangan hama berbahaya lainnya seperti yang disebabkan oleh kutu daun. Serangan bisa dilihat dari adanya koloni kutu daun yang teramati di bawah daun. Biasanya diikuti oleh infestasi semut pada tanaman (serangan berat). Daun pun mulai mengeriting dan menyempit di sekitar tulang daun, serta tanaman menjadi kerdil dengan kondisi daun menggulung

Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan memangkas dan memusnahkan daun yang terserang. Alternatif biokontrol dengan menerapkan introduksi serangga predator kutu daun (kumbang koksi/ladybug). Untuk tanaman kangkung, biasanya terdapat karat putih. Gejalanya ditandai dengan bintik berwarna putih di sisi daun bagian bawah. Pencegahan penyakit karat putih ini dapat dilakukan dengan menanam benih varietas unggul dan dikendalikan dengan memotong daun yang terinfeksi penyakit. Pengendalian secara kimia pada tanaman-tanaman ini dapat dilakukan dengan penyemprotan pestisida kimia jika serangan sudah parah.

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) berfokus pada pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dipadukan secara harmonis dan sesuai, untuk mengurangi populasi OPT dalam batas yang tidak merusak secara ekonomis. Empat prinsip dalam PHT yaitu budidaya tanaman sehat, pemantauan pertanaman secara teratur, pendayagunaan sumber daya hayati setempat (khususnya musuh alami hama), dan petani sebagai ahli PHT.

Contoh ternak yang bisa dibudidayakan di daerah perkotaan misalnya lele. Budidaya ikan lele cenderung mudah dilakukan sehingga banyak diminati masyarakat. Selain itu, budidaya ikan ini juga bernilai ekonomis. Hal yang perlu diperhatikan yaitu wadah, kepadatan wadah, kualitas benih, pakan, kualitas air, dan penanganannya. Dalam pemilihan benih lele penting memperhatikan kualitas benihnya. Seperti kesehatan, kelincahan, kelengkapan fisik, dan ukuran benih.

Kualitas air budidaya ikan lele juga perlu dicek, dari segi warna, bau, dan kelincahan lele. Selain itu, pakan juga perlu diperhitungkan pemberiannya pada lele. Misal benih yang ditebar sebanyak 300 ekor berukuran 6-7 cm, maka bobot total pakan yang diberikan sebanyak 1 kg. Untuk pemberian pada hari pertama yaitu dengan rasio 2%, maka 1 kg = 1000 g x 2%= 20 g pakan. Lalu, pemberian pakan pada minggu pertama sebanyak 1-2%dari biomassa, minggu ke 2-5 sebanyak 3-5% dari biomassa, minggu ke 6-7 sebanyak  5-7% dari biomassa, dan pada minggu ke 8-10 diberikan sebanyak 3-5% dari biomassa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline