Visual storytelling adalah tentang bagaimana membuat informasi yang kompleks menjadi lebih mudah untuk dimengerti. Menggunakan visual untuk menarik perhatian publik adalah salah satu pokok teknik di visual storytelling. Teknik penggunaan visual ini sering digunakan oleh beberapa media seperti menggunakan video, animasi, diagram, grafik, peta dan lain sebagainya. Penggunaan beberapa jenis visual tersebut dapat membantu pembaca untuk memahami "berapa banyak?", "kapan?", "bagaimana?" dari sebuah informasi dengan mudah tanpa harus membaca paragraf gemuk.
Visual storytelling bukan hanya sekedar menampilkan visual secara apik dan menghibur tetapi lebih tentang membentuk pemahaman dan mengklarifikasi makna. Membuat visual storytelling yang bagus, pencerita harus fokus kepada beberapa elemen, tetapi dari semua itu yang paling penting adalah fokus tentang cerita itu sendiri.
FAKTOR SUKSES UNTUK CERITA VISUAL
Memberikan visual yang bagus perlu adanya beberapa hal yang diperhatikan. Inilah tiga faktor yang perlu diperhatikan untuk membuat cerita visual. Tujuannya agar dapat menarik publik sebagai penonton atau pembaca.
- Engage and entice. Hal tersebut kemampuan untuk merebut perhatian, dapat menggunakan gambar yang menawan atau mudah diingat. Gambar menawan dapat berupa animasi, karikatur atau fotografi yang mengandung nilai lebih, salah satunya dari sisi human interest.
- Communicate convincing argument/ komunikasikan argumen yang meyakinkan. Meringkas konten yang kompleks, harapan audien yang dituju akan merespon. Memberikan cerita menggunakan gambar tentang mengkritisi sampah dapat menyadarkan masyarakat. Salah satunya dari foto Paus Sperma tersebut yang menjelaskan bahwa permasalahan sampah di dunia semakin memburuk. Satu foto dapat menyentuh emosi pembaca tentang buruknya sikap manusia dalam hal persoalan sampah. Secara jelas konten tentang sampah dapat tersampaikan hanya melihat dari foto yang ditampilkan.
3. Draw the viewer in. Berikan publik cara untuk terhubung secara langsung ke konten atau menjelajah isu yang terkait. Contoh permasalahan sampah di atas dengan menampilkan foto Paus Sperma dapat secara langsung, membuat pembaca terhubung dengan konten yang dibahas. Masyarakat tidak perlu membaca tulisan banyak untuk memahami permasalah sampah, namun cukup melalui foto, masyarakat sudah mengerti bahwa konten tersebut membahas tentang isu sampah yang semakin parah.
Melalui visual storytelling dapat memberikan kesan secara emosional terhadap para pembaca terkait isu tertentu. Gambar yang saling berkesinambungan dengan jalan cerita urut akan memberikan secara gamblang tentang kejadian yang ada. Salah satu contoh visual storytelling terbaik adalah foto dari Michael Zumstein yang menceritakan teror dan air mata yang terjadi di Afrika Tengah yang mana terjadi konfilik antara kelompok Anti Balaka dan Seleka. Zumstein dapat menjelaskan keadaan yang terjadi di Afrika Tengah dengan menampilkan 20 visual storytelling berupa foto yang ia ambil. Dapat secara jelas bagaimana penderitaan rakyat di sana, perjuangan, kerusakaan terkait konfilk yang terjadi pada 2013.
Itulah tiga foto dari 20 foto karya Michael Zumstein yang dapat menceritakan keadaan konflik di Afrika Tengah. Melalui foto tersebut pembaca dapat merasakan emosi seperti marah, sedih, kecewa dan lain sebagainya terkait visual yang diberikan oleh Zumstein. Bahkan dari sisi human interest sangat kuat, memberikan nilai tertentu pada visual storytelling yang dibuat. Mengetahui lebih lanjut tentang visual storytelling karya Michael Zumstein, pembaca dapat lihat di lensculture.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H