Lihat ke Halaman Asli

Artificial Intelligence (AI) Bukan "Jawaban" atas Segala Persoalan?

Diperbarui: 12 Agustus 2024   19:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Artificial Intelligence (istockhphoto/unsplash.com)

AI Bukan "jawaban" atas segala persoalan?

Artificial Intelligence (AI) telah menjadi subjek perdebatan hangat di banyak bidang, seperti teknologi, ekonomi, dan kesehatan. AI dianggap sebagai revolusi berikutnya yang dapat mengubah cara kita hidup dan bekerja. Namun, apakah benar bahwa kecerdasan buatan adalah "jawaban" atas semua pertanyaan?

AI dapat membuat prediksi, memberikan rekomendasi, dan bahkan melakukan tugas-tugas yang kompleks seperti diagnosis medis atau analisis pasar karena kecepatan pengolahan datanya yang luar biasa. AI telah menunjukkan hasil yang luar biasa dalam beberapa situasi, seperti dalam pembuatan obat baru atau otomatisasi industri. Tidak diragukan lagi, AI dapat menyelesaikan banyak masalah yang dihadapi manusia karena kecepatan dan efisiensi yang ditawarkannya.

Berbagai fitur hebat AI seperti Chat GPT, Open Ai, Asisten Virtual, dan lainnya digadang-gadang dapat memberi "Jawaban" atas persoalan manusia. Memang adakalanya sangat menolong, namun di sisi lain tidak mampu memuaskan dalam memberi jawaban.

Tetap Peran manusia harus diutamakan, dari pada sekadar bertanya kepada engine. Pendidikan timggi tetap nomor satu dari pada sekadar teknologi, sebab AI diciptakan oleh manusia melalui pendidikan dan penelitian.

Robot AI adalah "Jawaban" atas persoalan? (istoclkphoto/unsplash.com)

Meskipun demikian, anggapan bahwa AI dapat menjadi solusi untuk semua masalah hanyalah pemahaman yang mudah. Seperti teknologi lainnya, AI hanya efektif sebanyak data dan algoritma dasar. Hasil yang dihasilkan oleh AI juga akan bias atau tidak akurat jika data yang digunakan bias atau tidak lengkap. Selain itu, kecerdasan buatan tidak dapat memahami konteks atau prinsip-prinsip moral yang sering digunakan dalam pengambilan keputusan. 

Misalnya, ketika orang membuat keputusan tentang bagaimana memberikan perawatan kepada pasien dalam bidang kesehatan, mereka harus mempertimbangkan pertimbangan moral, etika, dan preferensi pribadi selain data medis.

Selain itu, ada kemungkinan bahwa terlalu bergantung pada AI yang merupakan kecanggihan teknologi dapat menghilangkan aspek penting dari kreativitas dan intuisi manusia. Meskipun AI dapat membantu kita mengolah informasi dengan lebih cepat, proses pengambilan keputusan yang melibatkan pemahaman mendalam, empati, dan pengalaman manusia tetap penting.

Sebaliknya, ada kekhawatiran bahwa AI dapat menimbulkan perbedaan sosial dan ekonomi lebih lanjut. Mereka yang memiliki akses ke teknologi canggih ini mungkin mendapatkan keuntungan lebih besar, sementara mereka yang tertinggal mungkin semakin terpinggirkan. Hati-hati bahwa robot dapat berbalik menguasai manusia sebab memiliki kecerdasan buatan manusia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline