Lihat ke Halaman Asli

Membongkar Diri Sendiri: Mengapa Egoisme Menghancurkan Hubungan?

Diperbarui: 11 April 2024   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Egoisme Menghancurkan Hubungan (sumber gambar: unsplash.com/DzmitrySkazau)

Istilah egoisme di atas dalam arti sederhana yaitu pemahaman bahwa dalam sebuah rencana, program, kegiatan dan dalam mengeksekusinya pun harus 'aku', 'diri sendiri' dan tanpa 'aku' semuanya akan gagal, tak dapat dijalankan, tak ada ide dan tidak akan ada apapun terjadi. 

Secara etimologi kata 'aku' dalam bahasa Yunani yaitu adalah 'ego' yang berarti 'aku' atau 'diri'. Premisnya yaitu keakuan pada diri sendiri menjadi utama.

Lebih jauh, penekanannya adalah motivasi pada diri sendiri, dalam hal ini menjurus pada sifat egoisme yang menempatkan diri pada sebuah tujuan utama dan acap kali demi tujuan itu tidak peduli penderitaan orang lain bahkan orang yang dicintai.  Bila segala seuatunya diukur pada diri sendiri maka standar kebenaran dan kesahihan adalah diri sendiri. Segala pandangan, ide, masukan dan saran bahkan disclaimer tak akan digubris.

Menariknya, perilaku si "aku" ini biasanya jika di kritik orang lain atau ada 'misscommunication' dalam melaksanakan semua (nya) langsung mengambil sikap "bangun tembok" (lawan "jembatan" yaitu sebuah istilah yang berarti membuka komunikasi, dialog dan diskusi) yang dalam hal ini terlihat jelas dengan emosi (marah, bentak, tersinggung dan lainnya), dengan menangis tersedu-sedu dan merasa sebagai pihak korban

Tujuannya apa? Ya tentu saja keuntungan diri sendiri. Keuntungan yang dimaksud bisa saja dalam bentuk popularitas dan akses VIP. Popularitas nama, ide, nilai diri sedangkan akses VIP semua jalan hanya terbuka untuk dirinya. Orang lain tidak akan memiliki akses apa pun, sebab semuanya telah VIP hanya untuknya.

Tendang sana tendang sini, sikut sana sikut sini tidak akan pernah habisnya silih berganti. Di setiap situasi akan menjadi strategi bahkan jati diri sebab sekarang menjadi predikat sejati.


Menghadapi orang demikian tentu akan menguras energi sebab orang demikian adalah "pengisap energi". Sebab keberadaan mereka akan membuat lelah, marah, sakit hati dan berujung menghancurkan relasi. Walaupun sebenarnya si 'aku' ini juga merasakan kelelahan yang sama sebab menguras energinya (seandainya dia sadar).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline