Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Seharusnya Manusia Itu Berpikir?

Diperbarui: 5 Oktober 2024   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Manusia adalah makhluk problematic. Kehidupan dipenuhi dengan aneka tantangan, tekanan sosial, tuntutan pekerjaan, dan ekspektasi orang lain yang seringkali menjadi sumber penderitaan dan kecemasan. Namun, apakah manusia harus selamanya terjebak dalam lingkaran tekanan ini? Apakah ada cara lain untuk memandang hidup sehingga masalah tidak lagi menjadi beban yang menghambat kebahagiaan? Dalam tulisan ini, saya akan menjelaskan perspektif pribadi yang saya kembangkan saat berada dalam masalah, sebuah pandangan yang menurut saya dapat membantu manusia keluar dari tekanan hidup dengan cara lebih damai dan jujur pada diri sendiri. 

Sekali lagi ini adalah pandangan bersifat subyektif namun tidak ada salahnya para pembaca yang budiman mempertimbangkan apa yang saya sajikan dan kemudian menghasilkan semacam pandangan baru bahwa masalah itu sebenarnya bukanlah sebuah hal yang dipandang sebagai sebuah "beban."

Sendiri: Sebuah Ruang untuk Bertumbuh

"Saya berkembang dalam kesendirian, di mana saya bisa bebas dan jujur pada diri sendiri tanpa tekanan untuk menyesuaikan diri."

Di tengah hiruk pikuk dunia ini, kesendirian sering kali dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari. Saya memandang kesepian sebagai ruang yang paling leluasa untuk berkembang. Dalam kesendirian, saya bisa jujur pada diri sendiri tanpa harus memikirkan bagaimana pandangan atau penilaian orang lain tentang diri saya. Karena dengan kesendirian saya punya keleluasaan untuk merenung, mencari makna, dan mencari siapa saya sesungguhnya. Lantaran dalam suasana kesendirian tidak perlu menyesuaikan dengan tuntutan sosial yang sering kali menekan. Ini adalah tempat dimana saya bisa menjadi diri sendiri tanpa filter, tempat dimana saya bisa mendengar suara batin sendiri dengan lebih jelas. Hal ini mengajak kita untuk memandang kesepian sebagai sesuatu yang positif, bukan sebagai kutukan melainkan sebagai kesempatan untuk mengenal diri kita sendiri lebih baik. Faktanya, ini menjadi bagian integral dari pertumbuhan mental dan emosional. 

Menciptakan jalan sendiri dan mengikuti aturan sendiri 

 "saya tidak perlu menyesuaikan diri; saya menciptakan jalan sendiri dan mengikuti aturan sendiri."

Sering kali kita terjebak dalam pola hidup yang dibesarkan oleh norma sosial, harapan keluarga, atau standar kesusksesan yang dibentuk oleh masyarakat. Dalam kondisi ini, banyak orang merasa terbebani untuk terus menyesuaikan diri agar diterima atau diakui. Namun, saya percaya bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menciptakannya sendiri. Setiap individu mempunyai hak dan kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya, memilih nilai-nilai yang dipegang, dan merencanakan masa depannya.

Tidak perlu merasa tertekan untuk mengikuti pola yang sudah ada. Sebaliknya, dengan menciptakan aturan dan standar hidup sendiri, maka kita akan bisa hidup secara autentik dan sesuai dengan keinginan hati kita. Menciptakan jalan sendiri berarti menjalani hidup tanpa bergantung pada validasi orang lain, melainkan dengan keberanian untuk menentukan arah hidup kita sendiri.

Berbeda dari pandangan orang lain 

"saya tidak didefinisikan oleh bagaimana orang lain melihat diri saya, melainkan oleh bagaimana saya memilih menjalani hidup."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline