Lihat ke Halaman Asli

Suara Monoton Terindah di Dunia

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sadar, saking udah lamanya nggak nulis, saya pasti akan tergagap-gagap melakukan ini. Tapi, saya tahu, this is it…saya tak mampu lagi menahan diri. Selama hampir 3 bulan menahan diri untuk tidak mengumbar kegembiraan dan kebahagiaan saya, saya akhirnya pasrah, dan menyerah pada euforia...euforia yang menurut saya cenderung membuat saya cemas, sekaligus excited.

Saya tak peduli jika memang perasaan ini disebut euphoria, toh menurut saya, selama masih ada sejumput kecemasan, atau setitik kewaspadaan dalam bahagia dengan porsi berlebih ini, tentu masih membuat dua kaki saya berpijak pada bumi dan membuat saya eling se-eling-elingnya…

Selama ini banyak hal yang membuat saya bahagia dan bersyukur… siapa yang tidak bahagia diberi kehidupan luar biasa ini? Saya tak peduli dengan apa yang orang lain lihat but I do happy with my lifeMaka nikmat Tuhan manakah yang kau dustakan… Selama ini saya selalu bergetar mendengar kutipan ayat surat Ar-Rahman itu, tapi kalimat itu rasanya bergaung-gaung lebih kuat  dalam kepala saya dan membuat hati saya bergetar lebih hebat sore itu.

Degdeg  Degdeg Degdeg…

“Tuh bu…kedengeran yah suara jantungnya…” kata dokter berjilbab itu sambil tersenyum.

Saya, yang pertama kali mendengarnya tercekat…sempat tak bisa bicara selama beberapa detik yang luar biasa itu. Akhirnya yang keluar dari mulut saya adalah pertanyaan pada si akang yang tampaknya diserang sensasi yang sama.

“Kamu denger nggak?”

“Iya…denger…” kata si akang sambil nyengir.

Saya pun bertanya memastikan pada dokter …”Sehat ya Dok…? Normal semua kan?”

“Iyaa…nih lihat tangannya, ini kakinya…”dan blablabla penjelasan lainnya yang tak begitu saya perhatikan karena saking terlalu takjub  dengan pemandangan di layar yang sedang ditunjuk-tunjuk si dokter.

Dalam hati saya terharu… “OMG, that beautiful creature grows inside me…”

Sejak tahu kalau saya positif hamil di hari-hari akhir Ramadhan lalu, inilah pertama kalinya saya benar-benar yakin kalau ada kehidupan yang tumbuh di dalam perut saya. Yang saya ingat, selama  3 bulan terakhir adalah masa-masa berjuang melawan  mual, pusing, dan rasa tak karuan lainnya. Bahagia banget sih waktu tiga test pack yang saya pakai semuanya memuat dua garis, tapi jujur, melewati trimester awal bukan sesuatu yang mudah.

Seorang sahabat yang sudah menjadi ibu satu anak pernah berkata, “Hidup seorang perempuan berubah ketika tahu bahwa dia hamil…”

Yes…I do Agree with that statement….

Perubahan itu sama sekali bukan cuma soal perubahan fisik dan mental, tapi juga kebiasaan.

Saya, yang seumur hidup nggak bisa makan kalau nggak ada sayur, mendadak jadi menolak sayur sama sekali. Sering saya memaksakan diri untuk memakannya karena saya sadar, si dede butuh nutrisinya , tapi kebanyakan pemaksaan itu berbuah penolakan dari tubuh saya sendiri. Makin dipaksa, makin hoek-hoeklah saya…

Saya, yang sejak menikah jadi hobi sekali masak untuk si akang, jadi malas sekali berdekatan dengan dapur. Rasanya bau bumbu dan lain-lain yang ada di dapur bikin saya pusing luar biasa. Gawatnya lagi, saya sebel luar biasa kalo si akang mendekat dan mulai peluk-peluk, apalagi kalau dia habis mandi dan pakai deodorant dll.  Rasanya, Nooo….don’t  dare to touch me…!! Kadang rasanya kasian dan geli sendiri lihat si akang nyengir pasrah, garuk-garuk kepala dan akhirnya menyerah untuk nggak mendekati saya…tapi ya mau gimana lagi? Hidung saya bener-bener jadi kayak anjing pelacak. Mencium hal-hal yang tidak dicium manusia normal.

Yang pasti, saya jadi luar biasa pemalas. Saya yang paling hobi beres-beres jadi super duper pemalas. Masih mau sih nyapu dan ngepel, tapi melihat cucian piring rasanya muak banget. Selama masa-masa itu, cuma cuci piring yang nggak ada solusinya. Males masak, masih bisa beli makan di luar. Malas nyuci baju, masih ada laundry. Nah nyuci piring itu harus dihadapi sendiri…ckckckck…

Tapi semua perempuan berpengalaman berkata benar, hamil itu menyenangkan. Salah satunya karena semua orang rasanya jadi jauh lebih perhatian dan sayang pada kita. Terutama suami. Rasanya dimanja dan disayang berkali-kali lipat. Secape apapun si akang, apapun permintaan saya nyaris selalu ia usahakan.  Permintaan saya yang nyebelin kaya minta digendong dari ruang TV ke dapur, atau minta tongseng kambing di depan Mesjid Sunda Kelapa yang perjalanannya bisa sejam setengah dari rumah (itu kalo nggak macet), bahkan minta dipijitin pas dia masih cape-cape baru dateng dari kantor. Semuanya dia turuti (suami juara deh :-*). Dari semua permintaan nyebelin saya, rasanya cuma satu yang nggak dia turuti, karena saya minta baso super pedes dan enak yang kami makan saat hanimun di Gili Trawangan, Lombok… (tuh kaaan sekarang ngences lagi ngebayanginnya).

Selain itu, saat-saat menyenangkan adalah saat kontrol kandungan ke dokter. Setiap kunjungan selalu membuat excited karena dari waktu ke waktu kami menyaksikan bayi kami tumbuh dan membuat kami tak henti bersyukur . Dan kunjungan ketiga kemarin bisa dibilang yang paling luar biasa di masa trimester pertama ini.

Selama ini saya mengira suara paling indah adalah suara adzan maghrib di bulan Ramadhan, tapi suara monoton detak jantung itu mampu membuat saya sadar bahwa ada keindahan lain yang Allah beri untuk pendengaran saya. Ah…Thank You Allah for this amazing present…




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline