Lihat ke Halaman Asli

Pluralisme, Persatuan atau Perpecahan?

Diperbarui: 20 November 2017   00:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pluralisme adalah terdiri dari dua kata plural (=beragam) dan isme (=paham) yang berarti paham atas keberagaman. Definisi dari pluralisme seringkali disalahartikan menjadi keberagaman paham yang pada akhirnya memicu ambiguitas. Pluralisme juga dapat berarti kesediaan untuk menerima keberagaman (pluralitas), artinya, untuk hidup secara toleran pada tatanan masyarakat yang berbeda suku, gologan, agama,adat, hingga pandangan hidup. Pluralisme mengimplikasikan pada tindakan yang bermuara pada pengakuan kebebasan beragama, kebebasan berpikir, atau kebebasan mencari informasi, sehingga untuk mencapai pluralisme diperlukanadanya kematangan dari kepribadian seseorang dan/atau sekelompok orang.

Sedangkan globalisasi berasal dari kata "globe" yang berarti bumi. Jika diartikan, globalisasi merupakan suatu proses membumi, sehingga bumi dirasa menjadi semakin kecil dan tanpa batas dengan adanya globalisasi.        

Sebagaimana yang kita ketahui, dampak dari adanya globalisasi adalah munculnya suatu hal yang menghubungkan semua manusia di dunia ini, yaitu internet. Dengan munculnya internet, kabar yang terjadi di belahan dunia manapun dapat diketahui oleh masyarakat luas dalam hitungan yang singkat. Memang, globalisasi membawa banyak dampak positif dan kemudahan bagi kehidupan manusia, tapi segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia selalu memiliki 2 dampak, yang baik/menguntungkan dan yang buruk/merugikan.

Dewasa ini, banyak sekali terjadi penyimpangan-penyimpangan globalisasi terhadap paham pluralisme yang dianut oleh bangsa Indonesia. Pada zaman sekarang, perbedaan tidak dihargai secara semestinya. Masuknya globalisasi justru mengakibatkan paham pluralisme menjadi memburuk. Munculnya media sosial malah memberikan tempat untuk orang-orang melakukan ajang argument satu sama lain, hingga menjadi tempat untuk saling mencaci maki orang-orang yang memiliki perbedaan pandangan dengan kelompokya.

Berbanding terbalik dengan makna pluralisme yakni menghargai tiap-tiap perbedaan yang ada, masuknya globalisasi cenderung untuk membuat perbedaan menjadi sesuatu yang digunakan orang untuk memicu suatu pertengkaran, bahkan hingga menuju ke perpecahan. Seperti yang dialami kota Jakarta pada beberapa bulan yang lalu, menjadikan ibukota terpecah belah menjadi 2 kubu.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat zaman sekarang cenderung bergantung pada globalisasi. Maka dari itu, sebagai generasi muda, kita sudah seharusnya membangun Indonesia menjadi lebih baik. Hal tersebut dapat dilakukan melalui hal-hal yang paling kecil, contohnya seperti menghargai perbedaan satu sama lain di tengah derasnya arus globalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline