Sebelum kita berbicara tentang gempa bumi, ada baiknya kita menyamakan konsep mengenai terminologi ini. Gempa bumi adalah sebuah fenomena alam yang terjadi karena penutup kaku planet yang disebut kerak bumi pecah secara tiba-tiba. Akibatnya, terjadi getaran yang menyebar ke segala arah, yang kita rasakan sebagai guncangan atau gulir, dengan durasi dan intensitas yang bervariasi.
Seperti juga Indonesia, Meksiko terletak di salah satu wilayah bergempa paling aktif di dunia, yang diberi nama Cincin Api Pasifik. Nama ini diberikan karena tingkat intensitas gempa yang sangat tinggi akibat gerakan empat lempengan tektonik, yaitu Amerika Utara, Cocos, Rivera dan Pasifik.
Hal yang menjadi ciri khas gempa di Meksiko adalah besar dan frekuensinya, yang pada dasarnya disebabkan oleh dua jenis gerakan antar lempengan, yaitu subduksi dan perpindahan lateral. Jenis gerakan yang pertama biasanya terjadi di sepanjang bagian pantai antara Jalisco dan Chiapas di mana lempengan Rivera dan Cocos menembus bagian bawah lempengan Amerika Utara.
Sementara itu, antara lempengan Pasifik dan Amerika Utara sering terdeteksi adanya perpindahan lateral. Tidak seperti subduksi, perpindahan lateral terlihat di permukaan tanah. Gerakan ini sering terjadi di bagian utara semenanjung Baja California, di seluruh negara bagian California, dan di Amerika Serikat.
Apakah kita dapat mendeteksi adanya gerakan gempa bumi? Bisa. Gerakan medan gempa dapat dideteksi dengan seismograf dan akselerograf. Oleh karena selama terjadi gempa bumi medan gempa bergerak ke segala arah (horizontal dan vertikal), alat ini membantu kita mengetahui ukuran gerakan. Biasanya gerakan terbesar berada dalam arah horizontal. Perlu juga diketahui bahwa gerakan vertikal yang kuat juga tercatat di daerah-daerah yang dekat dengan episentrum.
Namun, walaupun kita dapat mendeteksi adanya gerakan gempa, sampai hari ini belum ada yang mampu memprediksi gempa bumi. Memang ilmu pengetahuan dan teknologi telah maju, tetapi ternyata belum ada lembaga atau orang yang berhasil memprediksi gempa bumi yang dapat diandalkan, tentunya dengan dukungan ilmiah dan alat ukur yang memadai.
Pemberitahuan akan adanya gempa bumi melalui alarm yang dipasang di seluruh kota hanya bisa memberikan waktu beberapa menit sampai terjadinya gempa bumi. Jadi, di sini yang sangat krusial adalah memiliki pengetahuan mengenai apa yang harus dilakukan sebelum dan sesudah terjadi gempa bumi.
Meksiko mungkin dapat dijadikan sebagai contoh yang baik dalam hal ini. Pemerintah Mexico, minimal yang dapat kita perhatikan di Mexico City, sudah memasang alarm gempa bumi di seluruh kota dan memberikan pelatihan evakuasi jika akan terjadi gempa bumi. Masyarakat sipil berpartisipasi. Informasi disebarkan melalui semua jenis media komunikasi (televisi, radio, poster-poster, dan lain-lain).
Setelah terjadinya gempa bumi yang cukup hebat di Mexico City pada tanggal 19 September 1985 yang meluluhlantahkan kota ini (tidak pernah ada data yang akurat, pemerintah mengatakan bahwa jumlah orang yang tewas sekitar 3000-an, sementara organisasi sipil menyebutkan angka 20 ribu; 250 ribu orang kehilangan tempat tinggal; 900 ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka; diperkirakan kerugian mencapai 8 milyar US dolar), pemerintah Mexico City memiliki program "Simulasi Gempa Bumi" yang diselenggarakan setiap tanggal 19 September. Seluruh warga melakukannya: di kantor, di sekolah, dan di daerah perumahan.
Apa yang ingin dicapai dengan kegiatan rutin simulasi ini? Tujuan utamanya adalah agar setiap warga memiliki pengetahuan yang baik bagaimana menghadapi gempa bumi, misalnya agar mereka dapat membiasakan diri untuk menyiapkan rencana untuk menghadapi efek gempa bumi. Program simulasi gempa bumi ini dilakukan secara berkala dan seluruh penduduk (orang tua dan anak-anak) mengikuti simulasi gempa bumi, agar benar-benar tahu dan terbiasa dengan apa yang harus dilakukan. Mereka diberikan pengetahuan tentang tempat di mana harus berlindung. Setiap keluarga, sekolah dan institusi menyetujui satu tempat untuk berlindung. Setiap sekolah, institusi, atau kantor dapat meminta kepada Dinas Perlindungan Warga simulasi dan pelatihan khusus untuk menghadapi keadaan darurat
Dibiasakan pula untuk selalu siap di tangan nomor telepon darurat anggota keluarga dan sekolah anak-anak, P3K, radio portabel dengan baterai, senter dengan baterai, dokumen penting, seperti akta kelahiran, pernikahan, rumah, dan lain-lain, termasuk juga informasi anggota keluarga yang memiliki kemampuan berbeda dan informasi golongan darah. Harus dibiasakan pula untuk menjaga selalu kondisi gas, air dan saluran air, serta menggunakan koneksi yang fleksibel, terutama untuk gas.