Lihat ke Halaman Asli

Dari Tugu Sampai Alun-alun Lor jadi Lautan Manusia

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau saja acara Karnaval Jogyakarta dilaksanakan siang hari dan kemudian diambil foto udaranya, maka pasti akan terlihat lautan manusia yang seperti ular raksasa, mulai dari Tugu sampai Alun-alun utara (LOR) Jogyakarta. Di alun-alun LOR sendiri sudah ada acara Sirkus dan pernak pernik acara lainnya di sekeliling arena sirkus. Dengan demikian lengkaplah keramaian di seputaran malioboro dan bermuara akhir di alun-alun LOR (utara). Beberapa jalan menuju lokasi acara karnaval ini, yang tadinya dua jalur dibuat menjadi satu jalur saja, sehngga bagi masyarakat yang terjebak di kemacetan ini tentu akan merasa makin terjebak. Ini memang malam yang penuh dengan kesabaran dan toleransi. Jangan marah kalau ada yang minum teh manis dan karena didorong oleh orang lain terpaksa menjatuhkan tehnya di kaki kita. Itu salah satu ujian kesabaran di saat kita berada pada kondisi tidak siap, kondisi yang membuat kita jadi mudah marah. Menjelang acara dimulai, aku sempat merekam kejadian di seputaran pojok beteng kulon yang terletak berdekatan dengan lapangan parkir stasiun Ngabean. Beberapa polisi lalin tampak dengan ketat dan ramah memohon kepada mereka yang "ngeyel" ingin melewati jalan yang tadinya dua arah untuk mencari jalan lain saja. Sebenarnya di beberapa titik di luar malioboro banyak layar raksasa yang dipasang untuk memuaskan para penonton karnaval yang tidak bisa sampai ke lokasi karnaval. Panitia telah menyiapkan 6 (enam) titik nobar untuk memecah konsentrasi penonton acara ini. Ini adalah upaya yang sangat bagus, meskipun mungkin hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Lokasi di Ngabean terlihat sepi dair penonton. Lautan manusia di lokasi karnaval memang menyurutkan niat untuk menonton lebh lama. Praktis hanya yang berdiri di depan saja yang bisa menikmati acara ini. Terlihat beberapa anak kecil sangat menikmati acara ini, karena mereka biasanya dipanggul oleh orang tuanya agar bisa menyaksikan acara ini dengan baik. Memang ada banyak sebab kenapa mereka yang tidak bisa menonton para peserta karnaval, tapi tetap saja menikmati suasana macet total ini. Sebab-sebab itu misalnya sebagai berikut :

  1. Sedang dimabuk cinta, sehingga yang dipentingkan adalah kebersamaan dengan kekasih hati.
  2. Mempunyai sifat yang super ulet, sehingga tidak masalah kalau harus berjuang dengan sepenuh tenaga untuk merangsek ke depan.
  3. Penuual makanan, minuman atau penjual mercon. Makin ramai, makin macet, maka mereka makin menikmati larisnya dagangan mereka.
  4. Ingin memanfaatkan situasi tak terkendali ini dengan melakukan aksi negatip (misalnya mencopet). Seoga untuk yang ini aku salah menilai dan tidak ada yang kecopetan pada hari ini. Amin.

Untuk acara semacam ini, kalau memang ingin menikmati pawai karnaval dengan santai ya lebih baik ikut nobar di beberapa tempat yang disediakan layar tancap raksasa. Suasana lebih santai. Bisa sambil minum wedang ronde dan bergurau dengan kelompok masing-masing. Malampun makin menjelang dan saatnya menjumpai mbak Bantal dan Dik Guling. +++ dimuat juga di blog pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline