Lihat ke Halaman Asli

Memulai Usaha Mie Ayam

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

[caption id="attachment_186359" align="aligncenter" width="500" caption="Penulis teraktif dan Penulis Tamu Kompasiana"][/caption] Pertanyaan yang sering diajukan oleh para peminat usaha Mie Ayam adalah bagaimana cara menjadi pengusaha Mie Ayam dan berapa modal yang harus dikeluarkan oleh mereka? Pertanyaan itu pulalah yang muncul ketika para petinggi BeBlog mengunjungi gerai Mie Ayam Sehati di Cikarang, setelah mereka melakukan kunjungan ke salah satu Penasehat BeBlog, mas Amril TG. Mereka yang berkunjung ke Mie Sehati adalah Om Jay (penasehat BeBlog dan penulis teraktif Kompasiana), mas Aris (Ketua BeBlog dan penulis Tamu Kompasiana), mas Irfan (admin BeBlog) dan pak Rawi (Humas BeBlog yang baru saja menerima beberapa penghargaan nasional melalui TDA Pusat dan kementrian UKM). Sebenarnya akan lebih lengkap lagi kalau mas Vavai (admin BeBlog yang lain) ikut acara ini. Saat mereka memasuki gerai Mie Ayam Sehati ini saat itulah terdengar adzan Asar, sehingga merekapun melakukan kewajiban ibadah pada Allah swt baru kemudian mulai berdiskusi masalah usaha Mie Ayam ini. Topik awal adalah masalah besaran modal yang harus disediakan untuk memulai usaha Mie Ayam ini. "Modal untuk usaha Mie Ayam, diluar biaya tempat, biasanya berkisar pada angka 3 juta rupiah" "Angka sebesar itu untuk apa saja ya?" "Itu adalah angka untuk pembelian mesin giling mie, kompor dan perlengkapan lainnya" "Kalau kita sudah punya kompor?" "Ya angkanya bisa turun dari 3 juta. Kurangi dengan harga kompornya. Pada prinsipnya yang paling mahal adalah pembelian alat giling mie, yaitu seharga 525 ribu. Selebihnya biasanya kita sudah punya, misalnya sendok, garpu, panci dll" "Terus kalau kita buka warung mie ayam, apakah namanya harus Mie Sehati atau Mie Perto?" "Nama usaha, silahkan pilih sendiri yang paling cocok di hati. Setelah itu cantumkan nama Mie Perto Group di salah satu sudut papan nama atau spanduk. Contohnya di Mie Jawara yang baru saja buka di Cibubur. Mereka mengambil nama Mie Jawara - Sehati - Perto Group. Boleh-boleh saja" "Apa beda atau kesamaan dari Mie Sehati dengan Mie Perto Group?" "Mereka adalah dua bersaudara. Mie Perto adalah Kakak tertua dan adik satu-satunya adalah Mie Sehati" "Maksudnya?" "Artinya tidak ada bedanya antara Mie Perto dan Mie Sehati. Sampai saat ini kalau ada pelatihan, maka pelatih utama adalah Mie Perto dan asistennya adalah Mie Sehati. Dua-duanya punya ilmu yang ama dalam meracik menu mie Ayam ini" "Terus bagaimana model kemitraan di Mie ayam Perto atau Sehati ini?" "Yang pertama, penjual Mie Ayam yang bernaung di bawah Mie Perto Group atau Mie Sehati harus membeli bumbu mie atau yang sering kita sebut biang mie ke Manajemen Perto Group" "Harganya?" "Sangat murah. Hanya 5.000 rupiah per bungkus. Biang mie ini akan dicampurkan dengan 1 kg adonan tepung, sehingga menghasilkan sekitar 18 mangkok" "Terus cara pembelian biang mie itu bagaimana?" "Pesan minimal untuk 50 bungkus dan akan dikirim via TIKI atau semacamnya, tergantung tujuannya. Pengalaman selama ini tidak ada yang meleset deliverynya." "Wah ini iklan TIKI donk?" "Hahaha.......kita sebut yang sering kita pakai saja. Yang lain juga bagus, cuma jarang kita pakai" "Jadi hanya itu saja syaratnya? Apakah ada iuran atau suatu angka rupiah untuk dibayarkan ke Perto Group setiap bulannya sebagai bukti kemitraan ini?" "Bila usaha mieny asudah untung, maka ada satu kewajiban yang kita wajibkan untuk semua mitra kerja kita yaitu agar mereka menyisihkan keuntungannya pada mereka yang sedang membutuhkan. Tidak usah besar-besar, cukup 2,5% saja. Kalau mau lebih ya dipesilahkan" "Wah gampang banget ya? Tapi bagaimana cara merekrut karyawannya? Apakah karyawan itu bisa diikutkan dalam pelatihan disini?" "Prinsipnya, kita ajarkan cara membuat mie lengkap dari A-Z hanya untuk pemilik usaha Mie Ayam. Dengan demikian pemiliknya tahu persis apa saja yang berhubungan dengan bisnis Mie Ayam ini. Bila suatu saat ada karyawan yang pergi, maka ilmu Mie Ayamnya tidak akan ikut pergi, karena kitalah yang punya ilmunya" "Apa ada buku pegangan untuk dibaca-baca di rumah. Misalnya berisi alat apa saja yang dipakai, komposisi bumbunya dan sebagainya?" "Tentu ada. Kalau bapak suka surfing internet, silahkan diunduh disini saja" "Kayaknya gampang ya buka usaha Mie Ayam ini..." "Hahahaha...bener pak. Yang di Cibubur itu baru pelatihan bulan lalu dan beberapa hari kemudian langsung buka usaha dan laris manis..." "Iya bener, aku sudah coba juga kesana. Kok bisa enak padahal mereka kan masih baru buka?" "Hahaha.....kalau ikut petunjuk dari buku dan dari pelatihan yang diberikan, maka semua itu menjadi mudah. Apalagi ditambah niat untukmembuka lapangan pekerjaan baru, insya Allah dimudahkan urusannya oleh yang Maha Kuasa" "Insya Allah...Amin..." "Makan dulu pak. Keasyikan ngobrol nanti lupa nggak nyobain mienya" Diskusi sore itupun akhirnya berakhir dengan narsis bersama. Memang kebiasaan narsis berjamaah bagi para blogger sangat susah untuk dihilangkan. [caption id="attachment_186358" align="aligncenter" width="500" caption="Petinggi Blogger Bekasi (BeBlog) di Mie Sehati"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline