Siapa sih George Junus Aditjondro [GJA], penulis buku Membongkar Gurita Cikeas: Di balik Skandal Bank Century, yang diterbitkan oleh sebuah penerbit Yogyakarta: Galangpress, 2010? Inilah data GJA yang tertulis di bukunya itu : +++ George Junus Aditjondro lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 27 Mei 1946. Meraih gelar Master of Science dari Cornell University, Ithaca, NY, dengan tesis berjudul Organization Learning of Executives and Sta� s Persons of The Irian Jaya/Papua Community Development Foundation (Yayasan Pengembangan Masyarakat Desa Irian Jaya, YPMD-Irja) dan gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) dari Universitas yang sama dengan disertasi berjudul Public Policy Education Concerning the Social and Environmental Impact of The Kedungombo Multipurpose Dam in Central Java (Januari 1993). Ia aktif melakukan berbagai penelitian dan menulis tentang masalah-masalah demokrasi, Timor Leste, lingkungan hidup di Papua Barat yang hancur akibat pertambangan dan proyek infrastruktur raksasa, korupsi, rekonstruksi di wilayah bencana alam Aceh dan Nias, dan gerakan sosial baru. Ia juga pernah menjadi konsultan penelitian untuk KOTIB (Koalisi untuk Transparansi Bantuan Bencana) di Medan sejak Oktober 2007, sebuah ornop yang memusatkan perhatian terhadap pemantauan upaya-upaya rekonstruksi di wilayah bencana alam Aceh dan Nias (Sumatera Utara) sejalan dengan penelitian tentang ekonomi politik rekonstruksi di kedua daerah tersebut dan Konsultan Penelitian dan Publikasi Yayasan Tanah Merdeka (YTM) di Palu, Sulawesi Tengah. Selain giat menulis dan meneliti, mantan jurnalis TEMPO (1971-1979) ini juga mengajar di Program Studi Ilmu Religi dan Budaya (IRB) Universitas Sanata Darma, Yogyakarta (sejak semester II 2005). Tahun 1994- 2002 mengajar di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Murdoch University, Perth, dan Newcastle University, NSW, Australia. Buku yang ditulisnya antara lain berjudul Korupsi Kepresidenan: Reproduksi Oligarki Berkaki Tiga: Istana, Tangsi, dan Partai Penguasa, Yogyakarta: LKIS, 2006 dan yang terbaru Membongkar Gurita Cikeas: Di balik Skandal Bank Century, Yogyakarta: Galangpress, 2010. +++ GJA sontak menjadi seleb baru yang langsung menaiki puncak tangga ketenaran. Semua lalu lintas berita langsung menuju ke GJA. Semua berita rasanya menjadi kurang bernilai, sehingga para pekerja media cetak maupun audio visual lebih suka mengarahkan pemberitaannya ke berita tentang GJA. Situasi semakin panas ketika terjadi pemukulan terhadap Ramadhan Pohan oleh GJA. Situs blog dan tentu saja Youtube langsung ramai oleh para pencari video pemukulan itu. Seorang teman GJA sendiri tidak percaya terhadap kenyataan yang akhirnya harus dipercayainya itu. Menjelang pergantian tahun berita tentang GJA ini sedikit meredup karena ada berita lain yang luar biasa dampaknya, yaitu menghadapnya Gus Dur kepangkuan Tuhannya. Semua berita sontak beralih ke proses pemakaman Gus Dur. Berbagai cara dipakai oleh semua media cetak maupun audio visual untuk menampilkan sosok Gus Dur, baik sebagai mantan presiden ataupun sebagai bapak bangsa. Selepas menurunnya berita tentang Gus Dur, di milis mulai ramai memperbincangkan GJA kembali. Link tentang lokasi softcopy buku GJApun mulai bertebaran dimana-mana. File berukuran 4.77 MB [rar] dan 6,72 [pdf] inipun laris diunduh dimana-mana. "Cepet unduh sebelum hilang dari peredaran!", begitu kompor dari pengirim link. Aku jadi penasaran juga dengan buku itu. Ada apa sih dengan buku itu? Kalau mendengar ceritanya sih buku itu sebenarnya biasa-biasa saja. Buku itu lebih banyak berisi cuplikan dari beberapa berita yang sudah lebih dulu beredar. Yang menarik hanyalah bagaimana berita-berita yang biasa-biasa saja itu dirangkai menjadi sebuah buku dan cocok dengan kondisi politik yang sedang panas di saat ini. Bagai api ketemu minyak maka terjadilah penyalaan api yang makin lama makin besar. Sebenarnya yang mebuat makin besar adalah menghilangnya buku ini dari pasaran, susahnya mencari buku ini dan juga komentar dari mereka yang merasa diserang oleh GJA. Andai buku ini tersedia berlimpah di pasaran dan semua tokoh yang ada di buku itu santai-santai saja, maka kasus meledaknya buku ini mungkin tidak seperti saat ini. Mungkin hanya berupa letupan kecil sesaat dan kemudian mati sendiri. Mungkinkah GJA memakai kaca mata hitam saat merangkai cerita-cerita di bukunya? Hanya GJA yang tahu. Semoga semua menjadi lebih jelas dan memberikan hikmah bagi kita semua. Amin. [caption id="attachment_953" align="aligncenter" width="500" caption="GJA menolak minta maaf"][/caption] +++ sumber gambar Koran Tempo, Rabu 30 Des 2009 [diedit dengan fotomix]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H