Lihat ke Halaman Asli

Said Mustafa Husin

Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Filsafat dan Perubahan dalam Pola Pikir Manusia

Diperbarui: 14 Agustus 2024   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Foto Darus.id)

"Sejak Thales pertama kali melontarkan pertanyaan filsafat tentang alam semesta, filsafat terus tumbuh dan berkembang yang melahirkan perubahan dalam pola pikir manusia. Namun sampai hari ini masih banyak yang bertanya apa itu filsafat"

Perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris adalah awal dari perkembangan filsafat.  Di zaman Yunani Kuno, orang-orang hidup dan bernalar dalam mitos, sehingga mitologi tentang dewa layaknya bagaikan suplemen eksplanasi realitas

Misalnya Zeus dipercaya sebagai raja para dewa seperti dewa petir; dewa langit; dan dewa hukum. Zeus dikenal pula sebagai pengendali cuaca dan penguasa alam semesta. Bahkan Zeus yang lekat dengan simbol petir juga dikenal sebagai penguasa Gunung Olympus

Athena dipercaya sebagai dewa kebijaksanaan, dewa perang, dan dewa seni sekaligus pelindung kota Athena. Ada juga Poseidon yang lekat dengan simbol trisula disebut juga sebagai dewa laut mengendalikan gempa bumi, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan air.

Gagasan mitologi di zaman Yunani Kuno memiliki daya penjelasan yang sungguh luar biasa dalam menjawab pertanyaan manusia tentang alam dan dunia sekitarnya. Namun kemudian gagasan mitologi ini ditinggalkan setelah kehadiran filsafat

Lantas apa itu filsafat. Pertanyaan ini sepintas tampak sederhana sekali. Namun pertanyaan apa itu filsafat, tidaklah sesederhana pertanyaan tentang apa itu matematika, apa itu fisika atau apa itu sejarah yang bisa diberikan jawaban lugas.

Filsafat lahir dari suatu pemikiran kritis. Filsafat mengkritik dan merekonstruksi pemahaman manusia melampaui mitos yang ada. Arkhe yang berarti prinsip permulaan atau dasar realitas, menjadi pemantik filsuf-filsuf awal dalam menggeser paradigma mitos ke logos.

Thales misalnya, menganggap arkhe dunia adalah air, sedangkan Anaximenes berpikir semestinya udara. Kendati dua filsuf awal ini masih berpikir primitif, namun keduanya sudah mengedepankan cara berpikir rasional yang berbeda dengan cara berpikir mitos.

Dari sini pula, Louis O. Kattsoff membagi ciri-ciri pikiran filsafat menjadi enam garis besar. Pertama, pikiran-pikiran filsafat adalah suatu bagan konsepsional. Artinya, filsafat merupakan pemikiran tentang sesuatu yang umum.

Lalu kedua, pikiran-pikiran filsafat mestilah sebuah sistem yang koheren.  Keruntutan dan kelogisan diperlukan dalam kontruksi bangunan filsafat yang baik. Hal ini berkaitan dengan aturan penalaran yang rasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline