" Prasasti Kayumwungan kini terkeping lima. Namun para peneliti sangat yakin bagian dari kepingan prasasti yang ditemukan di Dusun Karang Tengah ini memiliki informasi valid tentang awal pendirian Borobudur yakni 746 Saka atau 824 M. Itulah alasannya tahun 2024 ini diperingati sebagai 1200 Tahun Candi Borobudur "
Subuh masih dingin, lapangan Kenari di pelataran Candi Borobudur pada Sabtu pekan lampau sudah dipenuhi para pegiat meditasi. Sebagian dari mereka jurnalis, seniman, budayawan, akademisi, arkeolog dan komunitas budhis dari berbagai aliran. Subuh itu gerimis turun, namun mereka sepertinya sudah sangat siap melawan udara dingin
Duduk di atas bantal matras, para pegiat meditasi dibimbing YM Bhante Edittsampano, Lama Konchok Norbu serta Acharya Changyuan dari Mahabodhi Monastery, Singapore. Usai meditasi, komunitas budhis termasuk sramanera atau calon bikkhu melakukan pradaksina yakni berjalan kaki mengelilingi candi dan melakukan puja bhakti di stupa induk
Ini adalah bagian dari rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati 1200 tahun Candi Borobudur yang ditaja Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) bekerjasama dengan yayasan lainnya. Kegiatan lainnya adalah lecture atau kuliah umum dengan nara sumber tokoh-tokoh yang memiliki banyak informasi serta telah menulis buku tentang Candi Borobudur
Seperti diungkapkan Koordinator BWCF, Seno Joko Suyono saat pembukaan sesi lecture lewat teleconference dengan nara sumber Dr Hudaya Kandahjaya dari Numata Center for Buddhist Study, San Frasisco, USA, penetapan 1200 tahun Candi Borobudur berdasarkan terjemahan Dr Hudaya Kandahjaya atas bait-bait dalam prasasti Kayumwungan 746 Saka
Ada banyak kalimat kunci dalam prasasti Kayumwungan yang dapat didentifikasi kepada Candi Borobudur. Tulisan dalam bahasa sanskerta itu mengisahkan tentang Raja Samaratungga serta pembangunan bangunan suci Jinalaya dan Wenuwana oleh anaknya Pramodawardhani. Bagunan suci ini dibangun sebagai tempat abu jenazah Raja Indra dari dinasti Syailendra
Dalam bait ke 8 prasasti Kayumwungan juga dijelaskan bahwa bagian puncak Borobudur dibuat menjadi sebuah altar berbentuk roda sedangkan bagian bawahnya dibangun lebih besar sepuluh kali lipat
Ia, Samaratungga Yang Mulia adalah Gusti Bumi ini....bagian bawah menjadi lebih besar sepuluh kali lipat. Puterinya (Pramodhawardhani) yang sangat tercinta membuat di kerumunan ini sebuah kediaman Jina (Jinalaya) sebagai jari-jari sebuah altar yang dibentuk menyerupai roda
Bait-bait dalam prasasti Kayumwungan ini ditulis dalam aksara jawa kuno menggunakan dua bahasa yakni jawa kuno dan sankserta. Baris 1--24 menggunakan bahasa sankserta, baris lainnya menggunakan bahasa jawa kuno. Prasasti Kayumwungan ini terpisah dalam lima kepingan. Tiga kepingan lainnya telah hilang, kini tersisa dua kepingan, satu diantaranya tulisannya sudah aus sehinnga sulit dibaca
Sebenarnya, prasasti yang ditemukan di Dusun Karang Tengah, Temanggung ini sudah pernah diterjemahkan oleh Prof Johannes Gijsbertus Decasparis (1916 -- 2002). Namun terjemahan Descaparis yang merujuk pada Candi Borobudur ini sempat mendapat sanggahan. Pada tahun 2021, Dr Hudaya Kandahjaya kembali meluruskan terjemahan Descaparis.