Lihat ke Halaman Asli

Said Mustafa Husin

Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Sangat Mengejutkan, Arab Saudi Masuk Blok Ekonomi Cina dan Rusia

Diperbarui: 11 Maret 2024   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : AFP/OZAN KOSE


" Keputusan Arab Saudi untuk bergabung dengan geng Cina dan Rusia tentu sangat mengejutkan. Apalagi keputusan itu diambil disaat Amerika Serikat dan Cina berada di puncak ketegangan geopolitik yang menciptakan psywar atau perang urat syaraf "

Media massa dalam dan luar negeri kini sibuk mengulas sikap Arab Saudi yang masuk dalam blok ekonomi BRICS yang beranggotakan Cina dan Rusia. Mulanya banyak pihak tidak percaya dengan langkah spekulatif Arab Saudi ini, tapi itulah yang terjadi

Pernyataan resmi Arab Saudi bergabung dengan blok ekonomi BRICS disampaikan lewat Tv Pemerintah Arab Saudi pada Selasa (2/1/2024) waktu setempat. BRICS sendiri beranggotakan Brasil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan.

Kini dengan bergabungnya Arab Saudi maka anggota BRICS akan jadi berlipat ganda. Pasalnya di belakang Arab Saudi ada Uni Emirat Arab, Mesir, Iran dan Ethiopia. Semua negara ini akan ikut bergabung dalam blok ekonomi BRICS

Sebenarnya rencana Arab Saudi untuk bergabung dengan BRICS ini bukan keputusan yang tergesa-gesa. Seperti dilansir Reuters, Rabu (3/1/2024), Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal Bin Farhan Al Saud sempat menyinggung rencana ini Agustus 2023 lalu

Pangeran Faisal menyebut pihaknya akan mempelajari rincian mengenai blok ekonomi BRICS demi menghasilkan keputusan yang tepat yang akan disampaikan pada awal Januari 2024.

"Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan kelompok BRICS adalah saluran yang bermanfaat dan penting untuk memperkuat kerja sama ekonomi," tulis Reuters.

Nah, kenapa Arab Saudi mengambil langkah spekulatif ini. Dari salah satu isu yang berkembang, hal ini didorong adanya kekhawatiran bahwa Washington saat ini kurang berkomitmen terhadap keamanan Teluk dibandingkan di masa lalu.

Di balik semua itu, kalau disimak hubungan Arab Saudi -- Amerika Serikat, kerenggangan dua negara ini memang sudah berulangkali terjadi. Bahkan kerenggangan dua negara ini sempat mencapai puncak serius seperti melakukan embargo minyak

Misalnya pada 1973, Arab Saudi pernah melakukan embargo minyak kepada Amerika. Ini disebabkan Raja Faishal menganggap Presiden Amerika Serikat Richard Nixon mendukung Israel dalam perang Yom Kippur, Oktober 1973

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline