Lihat ke Halaman Asli

Said Mustafa Husin

Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Rocky Gerung dan Kaum Sofisme Yunani Kuno

Diperbarui: 28 Juni 2020   18:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rocky Gerung bersiap menjalani pemeriksaan di Ditkrimsus, Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (1/2/2019). (Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Rocky Gerung memang bukan seorang artis. Tapi kunjungannya ke berbagai daerah selalu mendapat sambutan hangat. Kendati tidak seheboh kunjungan artis Hollywood, Matt Damon ke Indonesia. Kunjungan Rocky ke daerah selalu disambut kerumunan mahasiswa.

Pada era Yunani Kuno, Protagoras (490-420 SM) juga sering berkeliling Yunani. Ketika tiba di Athena, sofis pertama yang dikenal sebagai pendebat ulung di masa itu selalu disambut para pemuda. Ini tidak lain karena Protagoras senang berbagi ilmu dengan pemuda.

Rocky juga begitu. Saat berkunjung ke daerah, pria yang pernah menjadi dosen filsafat UI selama 15 tahun ini selalu memberikan kuliah umum di berbagai kampus. Seperti Protagoras, ternyata Rocky juga menginspirasi generasi muda.

Nama Rocky Gerung sebenarnya sudah dikenal lama dikalangan intelektual negeri ini. Namanya semakin mencuat ketika pria yang hoby mendaki gunung ini berhasil mencuri perhatian pemirsa televisi yang mengikuti program talkshow ILC di TVOne.

Di acara yang dipandu Karni Ilyas itu, Rocky memperlihatkan kehebatannya berbicara. Apalagi Rocky sangat menguasai retorika yakni ilmu berbicara yang pertama kali diperkenalkan kaum sofisme di era Yunani Kuno.

Saking hebatnya, hampir di setiap acara ILC, Rocky terlibat perdebatan "bertengking" dengan narasumber lainnya.  Pilihan diksi yang terkadang terkesan di luar akal sehat seperti "dungu" sudah menjadi kosa kata langganannya.

Di ILC, Rocky Gerung diperkenalkan sebagai pengamat politik. Rocky pun tidak pernah menampik itu. Herannya, hampir semua statemen yang dilontarkan Rocky tidak terkesan sebagai pandangan seorang pengamat politik.

Kritikan dan kecaman Rocky seperti membahasakan kalau dirinya sebagai pihak yang berseberangan dengan pemerintah. "Pengamat dan oposisi itu sama, mengkritik pemerintah," alasan Rocky di sebuah stasiun televisi

Rocky Gerung (Foto: Rachman Haryanto/detikcom)

Sekali waktu, pria yang sangat disiplin dalam menjaga hak-hak privacy ini melontarkan silogisme yang sangat menghebohkan. " Bila fiksi mengaktifkan imajinasi maka kitab suci adalah fiksi". Silogisme ini berbuntut panjang. Rocky dilaporkan ke polisi

Kasus ini membuat banyak dosen filsafat prihatin. Beberapa hari lalu, sejumlah dosen filsafat dari salah satu perguruan tinggi filsafat di negeri ini berkumpul. Mereka tidak ingin kasus Rocky ini diselesaikan di jalur hukum karena pernyataan Rocky itu pernyataan intelektual yang berada pada ranah akademis.

Kendati begitu, mereka juga tidak setuju dengan berbagai hal yang berpotensi merusak reputasi dan kebeningan filsafat. Pertemuan yang juga menghadirkan salah seorang saksi ahli dalam kasus Rocky itu, sengaja diberi tema menarik, "Menolak Pembusukan Filsafat".   

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline