Lihat ke Halaman Asli

Tuangan Malam Akhir November

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gelisahku

Malam ini aku tak buka buku pelajaran..
Bukan pula sibuk mengetik makalah..
Apa lagi mengingat materi tadi pagi..
aku hanya berdiam ditemani secangkir kegelisahan..

Iya aku gelisah..
Gelisah yang dulu dirasakan pendahuluku..
Benar-benar gelisah..
Setidaknya aku tidak galau layaknya pemuda yang diperbudak cintanya..
Cinta yang ia tak tahu akan membawanya kemana..

Ah sudahlah..
Bukan, bukan itu..
Tapi lihatlah sekeliling, si iblis kecil mulai beranjak dewasa..
Tertawa dan menjamur dimana-mana.. di negara ini, di tiap propinsi, di kabupaten, di kecamatan, bahkan di desa-desa..
parahnya terakhir aku mendengar sampai ketua RT..

Lalu mau sembunyi dimana kita?kala pemegang amanat mulai berkhianat? Kala para pengadil tak berani tampil? Atau pelindung yang justru tersandung..
Belaian lembut dunia merangsang mereka, menutup kalbu suci yang sudah mati..
Bicaranya memang teduh, tapi membawa peluh..
Tak peduli jerit tangis di kolong sana, dari pengemis beranak tiga..

Kini malam semakin larut..
dan aku mulai muak..
tak usah saling berkelut mencari badut..
karena kita semua adalah badut..
yang bermain lelucon di dalam sirkus..
menjadi bahan tertawaan penonton sebelah..
hah.. percuma bersorak merdeka !




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline