Lihat ke Halaman Asli

TVRI Surabaya, Sang Pencetus yang Pernah Berjaya

Diperbarui: 29 Oktober 2023   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Stasiun Penyiaran TVRI Surabaya - Dokumentasi Pribadi)

Masih seringkah kalian menonton siaran di saluran televisi nasional kita? yup, tidak lain dan tidak bukan, TVRI

Televisi Republik Indonesia atau yang biasa kita sebut dengan TVRI, merupakan stasiun televisi pertama di Indonesia sekaligus yang tertua dengan jangkauan jaringan mencapai seluruh wilayah Indonesia. 

TVRI memiliki beberapa cabang/Stasiun Penyiaran, antara lain terletak di Jakarta, Yogyakarta, Medan, Ujung Pandang, Denpasar, Manado, Bandung, Samarinda, dan Stasiun Penyiaran terdekat yang bisa kapanpun kita jangkau saat ini yaitu di Jawa Timur, TVRI Surabaya Jawa Timur, yang terletak di Jl. Mayjend Sungkono No. 124, Kota Surabaya. 

Sebelum kita bahas lebih jauh, pertama, mari kembali ke masa lalu dan mengetahui sejarah terbentuknya TVRI. Pada Tahun 1962 tepatnya pada tanggal 24 Agustus, lahirlah stasiun televisi yang kita kenal saat ini, TVRI. ditandai dengan siaran perdana Asian Games ke IV di Stadion Utama Gelanggang Olah Raga Bung Karno. Pembangunan infrastruktur yang disiapkan pemerintah saat itu di kawasan Kompleks Olahraga Senayan (Kampung Senayan, Petunduan, Kebun Kelapa dan Bendungan Hilir) serta pembangunan jalan baru yaitu Jalan M.H. Thamrin, Gatot Subroto, Jembatan Semanggi dan TVRI lahir untuk memenuhi kebutuhan penyiaran turnamen tersebut.

Kelahiran TVRI merupakan kelahiran yang prematur, kenapa? karena TVRI disiapkan dalam waktu yang tergolong tidak lama, yaitu hanya kurang dari sepuluh bulan.  Menempati gedung yang semula direncanakan sebagai Kampus Akademi Penerangan oleh Departemen Penerangan RI, terletak di Gerbang Pemuda, Senayan, Jakarta. Program siaran disiapkan, dikemas dan dipancarluaskan menggunakan jaringan teresterial. TVRI menyiarkan siaran uji coba pertamanya pada perayaan Hari Kemerdekaan dari Istana Merdeka pada 17 Agustus 1962. TVRI mengudara, menayangkan upacara pembukaan Asian Games 1962 pada 24 Agustus 1962.

TVRI mulai menyiarkan iklan mulai bulan 1 Maret 1963. Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1963, Yayasan TVRI  secara resmi dibentuk sebagai otoritas resmi yang mengatur stasiun tersebut, dengan Presiden Indonesia sebagai ketuanya. Dua tahun kemudian, stasiun TVRI regional pertama dibuka di Yogyakarta. Pada tahun 1974, delapan tahun setelah Presiden Soeharto menjabat, TVRI menjadi bagian dari Departemen Penerangan dengan status direktorat. Perannya adalah untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang kebijakan pemerintah. Setahun kemudian, TVRI ditetapkan berstatus ganda, yaitu bagian dari Yayasan TVRI dan bagian dari direktorat. Pada tahun 1976 TVRI mulai melakukan siaran ke seluruh Indonesia melalui satelit Palapa. Dan terlahirlah stasiun TVRI Daerah, antara lain stasiun dan studionya di Bandung, Semarang, Medan, Makassar, Manado, Batam, Palembang, Denpasar, Balikpapan, dan TVRI Surabaya yang lahir pada tanggal 3 Maret 1978.

Pada tahun 1998, periode pasca kejatuhan Orde Baru, memberikan TVRI peluang dan tantangan besar. Di satu sisi, TVRI bisa melepaskan diri dari status sebagai "agen/corong propaganda" pemerintah dan mulai mengarahkan operasionalnya menjadi public service broadcasting (penyiaran publik). Namun, di sisi lain perubahan juga membuat TVRI berada dalam ketidakpastian selama hampir 7 tahun, yang sempat cukup pelik karena ditambah masalah keuangan akibat pengaruh krisis moneter. Salah satu akar masalah itu muncul dari penghapusan Departemen Penerangan pada tahun 1999, di bawah Presiden Abdurrahman Wahid. Walaupun didasari bagi menciptakan kebebasan pers, tetapi langkah ini sempat memicu ketidakpastian status TVRI. Akhirnya, di tanggal 7 Juni 2000 status Perjan resmi melekat pada TVRI, dan menggantikan statusnya sebagai yayasan sejak 1963. TVRI dalam aturan tersebut disesuaikan dengan prinsip-prinsip televisi publik, independen, netral, mandiri, dan berorientasi pada kepentingan masyarakat. Dan pada tanggal 17 April 2002,  status TVRI menjadi PT TVRI (Persero) di bawah pengawasan Departemen Keuangan RI dan Kementerian Negara BUMN. Selama ini, TVRI menjadi stasiun tv favorit masyarakat Indonesia.

Hari demi Hari, Tahun demi tahun berganti, kiprah Sang Pencetus stasiun televisi di Indonesia ini semakin meredup dan meredup, banyak dari masyarakat yang lebih memilih tayangan di stasiun swasta yang sudah tak terhitung banyaknya. Dan pada tanggal 21 Desember 2010, mengikuti rencana pemerintah untuk memperkenalkan televisi digital di Indonesia, TVRI meluncurkan siaran digitalnya. Meskipun demikian, hingga pertengahan 2010-an, TVRI layaknya hidup segan mati tak mau. Berganti-ganti pimpinan, bahkan sampai dipecat dari DPR, TVRI tampak selalu kalah pamor dari televisi swasta, belum lagi kontroversi yang beberapa kali dibuat, seperti penayangan acara Partai Demokrat pada 2013, konflik internal, dan beberapa kali tuduhan korupsi. Bagi beberapa pihak, hal ini disebabkan oleh kombinasi internal dan eksternal TVRI. Dari internal, TVRI memiliki PNS yang jumlahnya berkali-kali lipat lebih banyak dari televisi swasta, dan kebanyakan sudah berusia tidak muda lagi. Belum lagi anggaran-anggaran seperti konsumsi yang terlihat tidak efisien, dan perangkat-perangkat siaran yang berusia tua. Di satu sisi, pemerintah selama ini cenderung tidak bersikap "manis" pada TVRI: misalnya dengan tidak memberikan anggaran mencukupi (di bawah Rp 1 triliun/tahun, sangat jauh jika dibandingkan misalnya dengan BBC dan NHK), melarangnya memberhentikan pejabat secara mandiri, dan kebanyakan memilih petingginya yang didasarkan pada kepentingan politis. Di tahun 2017, "raja kuis" Helmy Yahya terpilih sebagai Direktur Utama TVRI menggantikan Iskandar Achmad yang sudah habis masa jabatannya, begitu juga Apni Jaya Putra (mantan Direktur Program Kompas TV) yang menjadi direktur pemograman TVRI. Di era kepemimpinan Helmy dan Apni, TVRI mulai merombak acara maupun siaran secara besar-besaran, yang ditujukan agar TVRI bisa mendapat hati di kalangan pemirsa muda (kekinian) dan tampak modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline