Lihat ke Halaman Asli

Jean Piaget

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Setelah kita belajar tentang aliran behaviorisme, sekarang kita akan belajar tentang aliran kognitivisme…

Adanya kelemahan dalam teori behaviorisme, bnanyak para ahli dan pemikir pendidikan yang kurang puas dengan ungkapan behavioris bahwa belajar hanya sekedar stimulus dan respon. Dan menurut mereka, perilaku seseorang didasarkan oleh kognitif.

Jean pieget mengembangkan sebuah teori perkembangan kognitif. Menurut Pieget Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetic, dimana proses tersebut didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan system saraf. Semakin dia tumbuh dewasa semakin komplekslah susunan sel sarafnya dan semakin meningkat kemampuannya.

Menurut Pieget, Anak mengembangkan kemampuan berfikirnya melalui tahapan tertentu. Tahap demi tahap dari fungsi intelektual, dari kongkrit menuju abstrak. Dan pada suatu tahap perkembangan tertentu muncullah sebuah skema yang keberhasilan pada tahap tersebut ditentukan pada pencapaian tahapan sebelumnya.

Secara garis besar, skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya dibagi menjadi 4 periode utama :

1. Tahap senso motor ( 0-2 tahu)

Dalam tahapan ini, bayi dapat memahami lingkungannya hanya dengan melihat, mendengar, meraba, mengecap, memegang, dan mencium. Dan hal ini menimbulkan akibat tertentu pada anak. Kemampuan yang dimiliki anak tersebut, antara lain adalah :

a)Suka memperhatikan sesuatu dengan lama.

b)Mengetahui dirinya berbeda dengan yang lainnya.

c)Mengidentifikasi sesuatu dengan memanipulasinya.

2. Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun)

Pada tahapan ini, dengan perkembangan bahasa dan ingatannya, anak sudah mampu mengingat banyak hal disekitar lingkungannya. intelektual sudah dibatasi oleh egosentrisnya, akibatnya sering terjadi kesalahan dalam memahami suatu objek. Kemampuan yang dimiliki anak, antara lain adalah :

a)Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.

b)Hanya dapat memfokuskan pada satu objek.

c)Dapat menyusun benda-benda secara berderet tanpa menjelaskan perbedaan antarderetan.

3. Tahap operasional kongkret (7-11 tahun)

Pada tahapan ini anak sudah mulai berfikir logis, sudah dapat mengerti alam sekelilingnya tanpa menggantungkan diri dari informasi pancaindera. dalam tahapan ini, anak sudah mampu :

a)Mengklasifikasikan suatu benda.

b)Mengelompokkan suatu benda menurut bentuknya, besar-kecilnya dan lain-lain.

c)Mengatur masalah (Ordering problem ) tampa mengetahui adanya prinsip-prinsip yang terkandung didalamnya.

4. Tahap operasional formal (11-Dewasa)

Dalam tahapan ini, anak sudah dapat bekerja secara secara efektif, sistematis proporsional dan menarik generalisasi. dalam tahapan ini, anak sudah mampu :

a)Berfikir yang abstrak.

b)Memikirkan beberapa alternative pemecahan masalah.

c)Menggembangkan hokum-hukum yang berlaku secara umumdan pertimbangan ilmiah.

d)Menyusun hipotesis.

Pada dasarnya semua pembelajar diseluruh dunia harus melewati tahap sensori-motor sampai kepada tahap operasional formal. Meskipun banyak sedikit variasi dalam kecepatan penyelesaian setiap tahap. Hal ini menurut Pieget didasarkan pada 4 faktor, yaitu :

1. Kematangan dari dalam.

2. Pengalaman individual dalam lingkungan tertentu seseorang itu tumbuh, dan mencangkup stimulus tertentu yang secara kebetulan diperolehseseorang.

3. Tranmisi social (sosialisasi melalui pendidikan sekolah maupun luar sekolah).

4. Pengarahan diri secara internal dan pengaturan diri (internal self direction and regulation)

Menurut Piaget (Semiawan, 2002:51-52) semua perkembangan skema bersifat universal bagi seluruh umat manusia, sehingga implikasinya bagi pendidikan adalah bahwa kita tidak dapat mengajarkan sesuatu pada seseorang bila belum ada kesiapan yang merujuk kematangannya. Dengan demikian, maka semua pembelajaran dan masukan yang diperoleh seseorang harus cocok dengan perkembangan skema seseorang.

Oleh sebab itu, belajar akan lebih berhasil ketika disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif seorang peserta didik. Guru haru selalu memberi rangsangan dan menjadi sebuah fasilitator yang mana peserta didik harus lebih aktif berinteraksi dengan lingkungannnya dalam artian, aktif mencari, menemukan, mangamati beberapa hal yang berkaitan dengan lingkungan.

Implikasi teori Pieget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Dalam hal bahasa, anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh sebab itu, untuk membuat anak cepat faham dalam menerima materiharus menggunakan bahasa anak.

2. Bahan yang dipelajari anak hendaknya dirasakan sebagai bahan baru akan tetati tidak asing.

3. Berika peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

4. Didalam kelas, berikan peluar untuj saling berbicara dengan teman-temannya.

Gunakan teori belajar, menurut kondisi dan situasi .. karena tidak ada yang sempurna, pasti semua memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing … ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline