Lihat ke Halaman Asli

10 Tahun Penantian Panjang, Semarang

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1423119901894648479

…..2004, pertama kali saya masuk menjadi anggota Paguyuban Muda Mudi Rw 13 di kampung saya. Dulunya saya hanya bisa melihat foto dimana para anggota muda mudi berwisata bersama menggunakan bus. Berawal dari situlah saya, Dadar, Yusup, Resa, serta masih banyak sekali teman-teman yang berjuang untuk mengadakan wisata bersama kembali. Butuh ekstra tenaga untuk mengadakan acara tersebut, mulai dari pembiayaan hingga membuat usulan ini disetujui. Dan kemarin kami berhasil mewujudkannya……



31 berganti tanggal 1 Februari 2014, mengawali pergantian bulan dengan berwisata menuju ke Semarang. Seperti biasa undangan selalu tidak on time. Pagi itu kami seharusnya berangkat pukul 5 pagi, namun berhubung ada teman kami yang mengalami gangguan perut terpaksa menunggu 30 menit.

Ngantuk, namun tetap bersemangat menuju ke Semarang. Hanya keceriaan dan tawa lepas dari teman-teman di kursi belakang saja yang begtiu mengema, sedangkan yang di depan rupanya menikmati empuknya kursi bus.

Memasuki jalanan Semarang rintik hujan mengawal masuk kendaraan kami. Destinasi pertama kami adalah kuil Sam Poo Kong. Bus meluncur lancar menuju kuil yang sudah terkenal melalui situs pencari terkenal. Penasaran seperti apa sih bentuk aslinya ? kok begitu banyak orang bahkna jejaring sosial pun menyarankan untuk mengunjunginya.

Sam Poo Kong

Pelataran parkir luas dengan sebuah bus telah terparkir lebih dahulu disana. Rintikan hujan yang sedikit galau antara mau deras atau tidak membasahi kepala  kami berkeliling masuk ke dalam kuil peninggalan Laksamana Zheng He. Nampaknya hari ini akan hujan seperti ini mengingat langit telah mengisyaratkan dengan mendung putihnya

Satu dua tiga……seorang mbak-mbak penunggu tiket mulai menghitung rombongan kami. Harga htm nya murah sekali, 3000 rupiah untuk menikmati suasana negeri Cina.

Waow…hamparan luas pelataran kuil Sam Poo Kong.  Tiga bangunan berjejer berisikan patung – patung khas negeri Cina di setiap ruangnya. Merah, naga, singa kental memperjelas identitas pendirinya. Sebuah patung Laksamana Zheng He berdiri gagah  berada di sudut dekat pintu masuk mirip dengan kerajaan Cina di film.

Kuil ini selain dikenal sebagi tempat beribadah, juga banyak dimanfaatkan bagi para penikmati reflektor  lensa tunggal. Hujan tak menyurutkan para foto holic untuk berpose atau berjepret ria di tempat ini. Bahkan mereka sudah mempersiapkan dengan segala macam atributnya.

Sempat melihat beberapa orang ikut beribadah di kuil ini saya begitu penasarannya dengan apa yang dilakukan, karena ada beberapa orang yang beribadah. Herannya ada pula pengunjung yang memakai jilbab iktu dalam ibadah. Rasa penasaran saya sedikit terjawab dengan kalimat 20.000 untuk masuk dan beribadah ke dalam kuil.  Mungin lain kali ya saya coba untuk masuk ke dalam, sedangkan sekarang rasa penasaran saya hanya cukup sampai di depan pintu tiket masuk kuil. setelah cukup kami berfoto-foto ria kami pun melanjutkan ke perjalanan berikutnya yaitu Kota Tua.

Kota Lama

Sekitar 20 menit dari kuil Sam Poo Kong kami pun tiba di Kota Tua. Sudah terendus aroma sejarah dari tempat ini. Bangunan khas tempo dulu bercorak Belanda terlihat megah dengan warna putihnya. Sebuah gereja dengan kubah di atasnya terpelihara dibandingkan dengan sekitarnya.  Mirip dengan gedung BI di titik nol Yogyakarta.

14231198182110431272

Harus berjalan berkeliling!. Itu yang wajib dilakukan jika berwisata di tempat ini. Bukan seperti di Sam Poo Kong yang kita sudah dimanjakan dengan wahana. Disini membutuhkan ekstra tenaga untuk mendapatkan obyek wisata yang menarik nan unik. Disini menjadi saah satu surga untuk para fotografer. Bangunan bangunan kun yang sebagian besar sudah tidak terawat menjadi background menarik untuk berfoto ria.

Rombongan kami pun mulai berkeliling mengitari kawasan kota tua. Beberapa langkah terus berhenti untuk berfoto dan seterusnya. Hal yang menarik adalah ketika kami melewati sebuah pasar ayam. Sebuah kerumunan tepat di depan kami. Rupanya mereka sedang menyaksikan gelar tarung lokal di pasar tersebut. Sebuah ring mirip layaknya petinju berlaga, namun ini berbeda. Dan ini menjadi unik serta menarik. Lorongan pasar ayam yang dihiasi hijaunya pohon yang sebagian mulai tumbuh merabat di dinding rumah.

14231201011925938629

Ada untungnya ketika kami berada di Semarang Minggu kemarin. Setidaknya rintikan air hujan tidak membuat kami merasa panas dengan suasana kota lunpia yang terkenal panas. Kami bisa mengeksplor daerah kota tua ini lebih mendalam.

Ya sesuai dengan keunikan yang terkandung dari namanya Kota Lama. Bangunan yang tak terawat menjadi daya pikat para pengunjung. Sebuah kota yang mungkin dulu tidak menyadari akan menjadi lebih terkenal daripada masa kejayaannya sebagai kota perdagangan abad 19-20.

14231201511734904770

Saya berpikir, bagaimana jika kota ini lebih dirawat dengan tetap mempertahankan keasliannya pasti akan semakin menarik. Katakanlah sampah yang seharusnya berada di tong sampah bukan di pinggiran jalan. Kemudia lokasi yang di percantik dengan keterangan bangunan, misalnya dulu gedung itu adalah bangunan kantor atau mungkin dulu bangunan ini dikenal sebagai tempat dagangan apa. Sehingga orang yang datang tidak sekedar datang , berjalan, berfoto lalu pergi. Kisah bangunan yang digemakan kembali pasti akan lebih bernilai sejarah. Atau mungkin diadakan tur keliling kota lama dengan kereta odong-odong dipandu guide pasti lebih asyik.

Lebih dari satu jam kami berkeliling bangunan bangunan tua yang semakin tua semakin menarik, kami pun melanjutkan perjalanan terakhir kami di Semarang.

Masjid Agung Jawa Tengah

Akhir wisata kami berhenti di masjid yang sangat megah, Masjid Agung Jawa Tengah.Pilar pilar payung mirip di kota Mekkah menyambut para wisatawan yang berkunjung. Mungkin sang arsitek membuat masjid ini mirip dengan suasana kota tempat haji di selenggarakan.

Hamparan pelataran yang begitu luas membuat saya terkagum tiada habisnya. Belum sampai disitu, masjib berlantai empat ini juga memiliki arsitektur yang megah. Sebuah Al Quran dengan ukuran yang begitu besar terpajang di dekat pintu masuk. Sayang Al Quran itu tidak sedang dipamerkan. Jadi kami hanya bisa melihat sebuah papan informasi dengan sebuah wadah kayu Al Quran jumbo ini. Bagaimana suasana jika waktu Jumatan atau mungkin waktu sholat Ied seperti apa ramainya manusia di tempat ini. Tidak habis pikirnya jika Masjid segede ini penuh dengan orang.

Itu baru dari arsitektur masjid luar dan dalam, belum lagi dengan menara satu ini. Saat bus masuk ke area masjid di dekat pintu masjid tepatnya sebelah kiri ada sebuah menaraa menjulang cukup tinggi. Bentuknya seperti menara pantau jika berada di bandara. Langah kaki saya bergerak menuju menara tersebut bersama Ulin, Gilang, Yusup, Sambas. Konon katanya setiap orang bisa menikmati pemandangan dari atas.

Masuk ke dalam ruangan menara sudah terlihat berjejer orang-orang yang ingin menikati pemandangan dari atas menara. Sebelum kami punya hak untuk mengantri, setiap pengunjung yang ingin berada di ketinggian 99 meter dari permukaan laut  harus membayar ups maksudnya harus berinfaq 7000 agar bisa memegang tiket masuk ke lantai teratas.

Dua lift terus berlomba – lomba memasukkan para pengunjung. Tidak butuh waktu lama untuk berada di lantai teratas menara Al Husna. Dan akhirnya, hembusan angin benar – benar menjadi bukti jika kami sudah berada di ketinggian 99 meter. Hembusan angin sudah bukan sepoy-sepoy lagi. Dari atas kami bisa meihat sekitaran daerah Semarang. Mulai dari pelabuhan Tanjung Mas, hingga daerah perkotaannya. Di atas juga disediakan beberapa teleskop sehingga semakin mempertajam pandangan dari atas.

Pulang

Hhhhmmmm Subhanallah….menariknya wisata sehari ini. Menikmati berbagai keindahan, mulai dari keindahan sejarah, keindahan alam, serta keindahan berwisata dengan teman satu paguyuban. Setiap  foto dari hari ini akan  menjadi mesin waktu kembali ke masa dimana kami pernah bersama. Dulu saat kami memperjuangkan untuk diadakan piknik kembali, sudah banyak teman dari angkatan saya berguguran menjadi seorang suami. Bukan lagi muda bebas dan berbahaya kalau mengutip lirik sebuah lagu. Di perjalanan pulang kami masih mendapat bonus dari pak Sopir bus, yaitu kami dilewatkan jalan tol baru Semarang. Lengkap sudah liburan hari itu.

Setidaknya hari ini kami semua bisa merasakan satu hal , yaitu saling berbagi. Kami saling berengkrama, bercanda, berfoto hal yang luar biasa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline