Di Indonesia, para pecinta musik menggabungkan dua elemen yang tampak sangat kontras - iman Islam dan punk - untuk menciptakan perubahan positif di komunitas mereka.
"Islamic punk" hampir terdengar seperti sebuah oxymoron pada penyebutan pertama, tetapi dengan cepat mendapatkan daya tarik sebagai cara terbaru di Indonesia untuk menikmati musik punk.
Menurut artikel Reuters, anggota Punk Muslim - kolektif musik lokal - secara teratur berkumpul di konser luar ruangan untuk menyanyikan isu-isu penting yang dihadapi komunitas Muslim global.
Kemunculan awal punk di Indonesia
Antara tahun 1996 dan 2001, dunia musik underground di Jawa, Sumatera dan Bali menjadi pusat penting bagi aktivisme kiri radikal.
Punk lokal mengadopsi ideologi kiri, seperti sosialisme dan anarkisme, untuk menantang rezim Orde Baru yang otoriter.
Ideologi tersebut segera menjadi dominan di kancah musik lokal dengan munculnya kelompok-kelompok punk yang berpandangan kiri, seperti Front Anti-Fasis di Bandung, Jawa Barat, dan Front Anti-Penindasan di Surabaya, Jawa Timur.
Berbagi visi untuk menggantikan sistem otoriter dengan sistem demokrasi, kelompok punk lokal bekerja sama dengan organisasi mahasiswa sayap kiri terkemuka, Partai Rakyat Demokratik (PRD).
Meskipun jumlah mereka relatif kecil, kelompok-kelompok ini sangat mempengaruhi perkembangan aktivisme dalam dunia musik bawah tanah.
"punk" saleh mempromosikan Islam
Punk Islam mulai muncul setelah jatuhnya kediktatoran Soeharto pada tahun 1998. Punk Muslim mewakili wajah baru gerakan punk di Indonesia. Band punk jalanan Budi Khaironi, Bowo dan aktivis kemanusiaan Ahmad Zaki membentuk band pada tahun 2007.