Lihat ke Halaman Asli

Es Kopi Toples dan Anomalinya

Diperbarui: 19 Desember 2018   02:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Ilustrasi gambar dari Es Kopi, female.kompas.com)

Semua bahan masakan tergelar dengan lengkap. Beberapa bahan menu setengahnya disiapkan dari rumah. Namun sebagian besar, sajian warung makan ala setengah angkringan itu dimasak di beranda ruko pasar. Inilah sekelumit cerita tentang warung angkringan disuatu malam.

Ia dan istinya, bahu membahu. Melayani pelanggan yang hilir mudik. Terlihat cakap dan piawai. Sesekali Ia menghitung berapa yang harus dibayar oleh pelanggan, sembari tanggannya dengan lincah menyiapkan minuman es teh dan es kopi, hingga menyapa pelanggannya yang datang dan pamitan.

Pun dengan istrinya. Clemek yang menutup setengah badannya menjadi petanda bahwa Ia selalu siap mendampingi suaminya membuka warung malam. Terlihat deretan bahan itu tertata dengan sedikit berantakan. Di meja dengan berundak. Lurus dan simetris dengan meja angkringannya, adalah dua kompor dengan ber LPG 3 kg. Satu tungku besar, dan satunya kecil. Persis disebelah kiri tungku, adalah adonan mendoan tempe. Aromanya khas. Bumbu bawangrempah putih dan kuning.

Sebelahnya adalah aneka stok bumbon beserta sayuran lengkap. Persis di ujung mejanya, berjejer bilah lontong daun pisang. Lontong itu memanjang dengan tampak kuat. Dan dibawah rak meja malam itu, berjajar stok bahan masakan yang banyak.

Dengan sigap tangannya memainkan peran. Adonan bumbu mendoan yang sudah disiapkan dari rumah telah dituangkan dalam mangkuk besar. Tangan kiri memegang mangkok plastik dengan perlahan diletakkan di meja panjang yang sesak. Dan pada saat yang sama, tangan kanannya meraih tepung terigu beserta tempe yang berbaris di bawah mejanya.

"Biasa, sampai jam setengah telu"

Ungkap suaminya saat menemaniku dipojok karena karena tidak kebagian tiga bangku panjangnya.

Malam itu, istrinya ijin sebentar mengikuti kegiatan rutin RT.

Ia tidak gagap kacau. Langkah kaki dan tangannya seakan seiya sekata. Terlebih dipadu dengan telinga yang peka, dengan mata yang selalu tajam dalam meracik, menggoreng, menyeduh, menyajikan, dan melayani para pelanggan. Tak lama kemudian, istinya datang. Ternyata hanya membayar uang arisan lalu ditinggal ke warung lagi.

Adegan kolaborasi menarik tergelar lagi, suami istri berpadu peran dalam warung makan malam depan terminal.

"Pernah 60"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline