Lihat ke Halaman Asli

Mengintip Resistensi Jajan Pasar

Diperbarui: 4 April 2017   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serabi Jawa, setia menanti kedatangan para penikmatnya (Sumber foto: www.rembangtv.com)

Jajan pasar,  bak mutiara yang tersembunyi di pasar tradisional. Sejak dahulu, hingga sekarang, jajan pasar tetap menjadi pesona yang tidak tergantikan. Muka boleh berubah keriput, ruang boleh berpindah tempat, hingga mata uang bebas beralih nilai, namun jajan pasar tetap jajan pasar. Ia tetap menjadi primadona bagi penikmatnya. Nuansa kehangatan, akrab, dan keceriaan tetap terpancarkan dari rona jajan pasar.

Jajan pasar memiliki dua barisan penikmat. Para Penjaja kerap kali terpikat dengan citarasa jajanan maknyus ini. Inilah barisan penikmat fisik. Selanjutnya adalah mereka yang menggunakan jajan pasar untuk instrumen sesaji dengan harap mendapat keselamatan Sang Pencipta, adalah barisan penikmat simbolik. Dua penikmat ini saling berdampingan dengan harmoni tanpa sekalipun saling sindir apalagi merendahkan jajan pasar itu sendiri.

Tercatat sejak zaman jawa kuno hingga sekarang, jajan pasar tetap memiliki masyarakat pengikut yang mapan. Jajan pasar tetap menjadi kudapan sehari-hari dan tetap juga menjadi instrument sesaji. Jajan pasar seakan tidak pernah gentar dari ekspansi jajanan pabrikan dalam dan luar negeri. Dan uniknya, walaupun industri jajanan merepetisi jajan tradisi ini, jajan pasar tetap tidak bergeming. Jajan pasar telah menampilkan fungsi manifes, sekaligus memancarkan fungsi laten dengan menggandeng industri pabrikan dengan mesra. Fungsi manifes ditunjukkan dengan peranannya menjadi penopang gizi dan tradisi. Adapun fungsi laten ditujukan dengan merelakan diakuisisi industri modern tanpa mereposisi tata-fungsi dari nilai jajan pasar itu sendiri.

Berangkat dari hal di atas, mutiara pasar tradisional ini tampaknya memiliki daya tahan yang unik seiring serangan yang bertubi-tubi dari keberadaan pasar modern. Seiring dengan fenomena identitas sosial bangsa Indonesia yang mudah pudar, tergantikan, hingga hilang dari bumi nusantara ini, maka menjadi menarik jika bangsa ini belajar dari keberadaan jajan pasar itu sendiri. Dengan mengetahui keunikan jajan pasar ini, diharapkan dapat menjadi modelling dalam merawat, menjaga, dan melestarikan identitas sosial bangsa Indonesia, tentu dengan harapan tetap  terjaga kemuliaan dari sebuah kemajmukan yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline