Lihat ke Halaman Asli

Erza Widiastuti

Mahasiswa universitas muhammadiyah magelang

Mengulik Tradisi Munggah Molo di Masyarakat Jawa

Diperbarui: 3 Januari 2023   13:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: salatigaterkini.com

Tradisi munggah molo adalah tradisi yang dilakukan masyarakat jawa saat dinaikannya atap pada proses pembangunan rumah. Munggah merupakan kata dalam bahasa jawa yang berarti"naik"dan Molo berasal dari kata "polo" yang berarti kepala. Masyarakat jawa masih mempercayai bahwa, dengan dilaksanakannya tradisi ini diharapkan para keluarga dan tukang diberi keselamatan sehinggarumah berdiri kokoh. Tradisi ini tidak bisa dilakukan pada sembarang hari, para pemilik rumah harus bertanya kepada sesepuh untuk menentukan pada hari apa munggah molo dilaksanakan.

Ada beberapa hal yang perlu disiapkan dalam tradisi ini. Pemlik rumah harus mengadakan syukuran / hajatan yang dihadiri oleh tetangga sekitar, termasuk para tukang serta dihadirkan seorangsesepuh untuk memimpin tradisi munggah molo. Syukuran ini biasanya diisi dengan tahlilan dansholawat bersama. Setelah itu, pemilik rumah akan menyiapkan beberapa menu makanan seperti jajanan pasar,jenang delapan rupa, pisang, ayam ingkung ,tumpeng.

Apabila syukuran telah dilaksanakan, selanjutnya beberapa barang (uborampe) diikatkan ke kayu penyangga atap (blandar). Ubo rampe sendiri terdiri dari tebu manten bermakna agar pemilik rumahsenantiasa menanam kebaikan, satu ikat padi yang bermakna agar keluarga terpenuhi kebutuhanpangannya, dua buah kelapa gading yang bermakna agar manusia memiliki manfaat dalam kondisiapapun, bendera merah putih bermakna menunjukan kecintaan pada tanah air, salah satu pakaiankeluarga bermakna agar keluarga dicukupi kebutuhan sandang, payung bermakna melindungi darimarabahaya, stagen(bengking) bermaknaagar pemilikrumahberumurpanjang.

Selain itu ada kain putih yang diikatkan ditengah-tengah kayu blandar dan dipaku menggunakan paku emas, paku emas sendiri bermakna memberikan kekuatan pada rumah.

Setelah selesai dinaikan, ada barang (ubo rampe) yang diletakkan dibawah kayu penyangga atap diantaranya pisang raja satu tandan, kendi yang berisi uang receh dan beras yang bermakna agar pemilik rumah berlimpah rejeki. Jika proses munggah molo selesai, para tukang melanjutkan pekerjaannya sampai selesai. Tradisi ini berbeda beda disetiap daerahnya tergantung kepercayaan masing-masing.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline