Lihat ke Halaman Asli

Erza Amanda

Mahasiswa

Kenaikan UKT di Beberapa Universitas: Mencari Keseimbangan Antara Kualitas Pendidikan dan Keterjangkuaan

Diperbarui: 8 Juni 2024   23:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

UKT adalah singkatan dari "Uang Kuliah Tunggal." Ini adalah sistem pembayaran biaya kuliah yang diterapkan di perguruan tinggi di Indonesia. Dengan sistem UKT, mahasiswa membayar biaya kuliah satu kali setiap semester, dan jumlahnya didasarkan pada kemampuan ekonomi keluarga mahasiswa tersebut. Namun pada saat ini telah terjadi kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di berbagai universitas di Indonesia yang menimbulkan pro dan kontra yang cukup signifikan. Isu ini menyentuh berbagai aspek, mulai dari kemampuan ekonomi mahasiswa dan keluarga, kebutuhan peningkatan kualitas pendidikan, hingga manajemen keuangan perguruan tinggi. 

Banyak mahasiswa dan orang tua mengeluhkan kenaikan UKT yang dianggap membebani, Kenaikan ini dirasakan sebagai tambahan beban yang signifikan, mengingat banyak keluarga yang pendapatannya menurun atau tidak stabil. Sebuah artikel dari Tirto.id mengungkapkan bahwa banyak mahasiswa terpaksa mencari pekerjaan tambahan atau meminjam uang untuk bisa melanjutkan studi.

Di sisi lain, beberapa universitas berpendapat bahwa kenaikan UKT adalah langkah yang tak terhindarkan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut Rektor Universitas Gadjah Mada, peningkatan biaya operasional dan kebutuhan pengembangan fasilitas serta riset memaksa universitas untuk menyesuaikan tarif UKT.

Kenaikan UKT sering kali dihubungkan dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan, termasuk perbaikan infrastruktur, peningkatan jumlah dan kualitas riset, serta penyediaan fasilitas yang lebih baik bagi mahasiswa. Misalnya, Universitas Indonesia menyatakan bahwa kenaikan UKT diperlukan untuk meningkatkan fasilitas laboratorium dan mendukung program-program riset yang berstandar internasional .

Namun, kebijakan ini tidak selalu disertai dengan transparansi yang memadai. Mahasiswa seringkali tidak mendapatkan informasi yang jelas mengenai bagaimana dana UKT digunakan. Kurangnya transparansi ini memicu ketidakpercayaan dan protes dari mahasiswa.

Protes mahasiswa terhadap kenaikan UKT bukanlah hal baru. Di berbagai universitas, aksi demonstrasi dan pemogokan sering terjadi sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan ini. Seperti yang terjadi di Universitas Negeri Semarang, Mahasiswa menuntut transparansi dan menekankan bahwa pendidikan adalah hak yang harus dapat diakses oleh semua kalangan, bukan hanya mereka yang mampu secara finansial. Mahasiswa menggelar aksi demonstrasi menolak kenaikan UKT yang dianggap tidak adil dan memberatkan . Mereka menuntut adanya kebijakan yang lebih inklusif dan mempertimbangkan kondisi ekonomi mahasiswa.


Rekomendasi untuk Keseimbangan Kualitas dan Keterjangkauan

Untuk mencapai keseimbangan antara peningkatan kualitas pendidikan dan keterjangkauan UKT, beberapa langkah bisa dipertimbangkan:

Transparansi Pengelolaan Dana: Perguruan tinggi perlu meningkatkan transparansi dalam pengelolaan dana UKT. Informasi yang jelas dan rinci mengenai penggunaan dana dapat meningkatkan kepercayaan mahasiswa dan orang tua.

Skema Pembayaran yang Fleksibel: Menyediakan skema pembayaran yang lebih fleksibel, seperti cicilan atau penyesuaian berdasarkan kemampuan ekonomi keluarga, dapat membantu mengurangi beban finansial mahasiswa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline