Lihat ke Halaman Asli

Mati

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kau meraba foto usang di pigura yang terbuat dari kayu oak-yang juga sama usangnya. Di dalamnya ada dua gadis SMA yang sedang tersenyum lebar. Kau tentu takkan melupakan bayanganmu sendiri disana bukan? Dan gadis satunya, belasan tahun setelah foto ini diambil.. kau tentu takkan pernah melupakannya.

*****

"kau membunuhnya!"
"tidak! bukan aku!"
"tapi dia mati"
"bukan salahku dia mati"
"jika bukan karena tingkah idiotmu, dia takkan mati"
"toh aku tak ingin dia mati"

*****

Air matamu meleleh. Betapa kau takkan pernah lupa percakapan itu. Semakin lama waktu menyeretmu menjauh, semakin percakapan itu melekat kuat di kepalamu.

*****

Kau tergesa, malam ini hari ulang tahun nya. Kau buatkan kue paling lezat untuknya. Ya, dia. Perempuan berseragam sama denganmu-putih abu abu, yang biasa menyalin seluruh pekerjaan rumahmu dengan tampang dungu.

Malam ini, tak kau dapati ia berada di tempat biasanya. Kau paham betul mana saja tempat favoritnya. Biasanya ia akan bersantai di padang ilalang hanya untuk melihat bagaimana angin menghidupkan dan memberi irama pada ilalang. Bahkan dia tak segan untuk memanjat atap rumah tetangganya hanya untuk melihat bintang dengan lebih dekat. Kini, kau mendapatinya sedang duduk di tepi jembatan, kau tahu betul alasan kenapa ia gemar duduk disana ; ia senang mendengarkan aliran air sungai di bawah sana,menenangkan, katanya.

Kau mengejutkannya. Menepuk pundaknya dan meneriakkan ucapan selamat ulang tahun. Mungkin karena tepukanmu terlalu bersemangat atau entah bagaimana. Dia jatuh. Kau lihat dari sini ketika kepalanya terbentur batu besar di bawah sana. Bahkan kau lihat sendiri bukan bagaimana batu yang kelabu itu perlahan memerah karena darahnya? Dia mati.

Kau ternganga. Hingga seseorang mengejutkanmu
..

"kau membunuhnya!"
"tidak. bukan aku!"
"tapi dia mati"
"bukan salahku dia mati"
"jika bukan karena tingkah idotmu, dia takkan mati"
"toh aku juga tak menginginkannya mati"
"hei, lihat apa yang kau bawa.. itu kue ulang tahun untuknya? bahkan kau membunuhnya di hari ulang tahunnya sendiri"
"tidak. dia mati karena memang sudah takdirnya ia mati hari ini"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline