Ah damai sekali rasanya suasana desa yang tenang dan sejuk ini. Ada sesuatu aroma yang khas ku dapatkan saat menghirup udaranya yang bersih tanpa polutan kota. Sesekali memandang alam yang hijau serasa asri damai menyejukkan hati. Membuat betah dan sekilas enggan untuk pulang ke kota. Namun apa daya, aku pasti akan kembali ke kota dengan membawa prestasi untuk desa tercinta.
~~~
Hari ini dapat dikatakan sibuk sesibuknya karena kami semua para anggota keluarga mempunyai tugas masing-masing. Seperti ayah yang akan membereskan kebun dan membersihkan halaman keliling rumah. Adik-adik yang membersihkan rumah bagian dalam dan merapihkannya. Sedangkan aku dan ibu mencari perlengkapan lebaran dan bahan-bahan makanan untuk memasak untuk hidangan lebaran.
Menyibak Kerumunan Lautan Manusia di Pasar
Kami sekeluarga sudah sampai di desa kelahiran ayah selasa kemarin. Tiap tahun kami memang pulang mudik ke kota Ngajogyakarto ini tanpa ada yang tertinggal seorang pun. Hari Rabu adalah hari pasaran di desa dimana saatnya masyarakat akan tumpah ruah untuk berbelanja. Tak ketinggalan ibu sudah mempersiapkan daftar belanjaannya untuk persiapan memasak. Dari beras, ketupat, bumbu-bumbu dan daging lalu langsung diolah ibu agar keesokan harinya tidak terlalu repot. Antusias ibu memang besar sekali. Terlihat beliau sangat teliti untuk menyiapkan semua kebutuhan dengan sebaik-baiknya, tak kekurangan para bumbu untuk bekal masak nanti.
Menjelajah Swalayan Demi Swalayan
Setelah menyiapkan bumbu-bumbu untuk memasak, siangnya ibu mengajakku menjelajah swalayan untuk membeli aksesoris dan kebutuhan rumah. Aku iseng melihat catatan belanja ibu seperti air mineral kemasan, kue kaleng, penyegar ruangan, taplak meja sampai kosmetik. Wow, kosmetik juga harus baru ternyata, ibu benar-benar ingin tampil beda rupanya. Saat itu swalayan desa ini penuh sesak dengan para manusianya. Ada yang sampai membeli kursi bahkan korden baru untuk lebaran dengan suasana baru. Heboh juga ternyata!
Suasana Jalan Menjelang Lebaran
Saat menuju ke rumah terlihat banyak masyarakat yang asyik menganyam ketupat. Ketupat yang dianyam dari daun kelapa tersebut biasanya dipersiapkan sendiri untuk pribadi atau keluarga bahkan dijual. Sepuluh daun ketupat dijual seharga lima ribu rupiah. Namun jika membeli sebanyak dua puluh lima buah dihargai dengan sepuluh ribu saja. Selain itu, banyaknya masyarakat yang membeli amplop untuk mengisi benda unik tersebut dengan uang baru yang dimulai dari pecahan dua ribu sampai seratus ribu rupiah, tergantung dengan siapakah penerimanya. Kegiatan tersebut memang tak akan lepas sampai kapanpun untuk membahagiakan para sanak saudara bahkan para tamu tentunya.
Malam Tarawih Terakhir
Malam ini sungguh syahdu rasanya. Sepintas mirip dengan awal Ramadan dimana mushola atau masjid penuh dengan jamaahnya. Namun bedanya, malam ini terasa syahdu karena kesedihan mendalam akibat terakhirnya Ramadan pada tahun ini. Para bapak, ibu, remaja sampai anak-anak sangat antusias beribadah lalu dilanjutkan tadarus berjamaah. Tadarus dengan membaca juz amma secara tartil dan bersama sungguh mendinginkan suasana malam yang semakin dingin.