Lihat ke Halaman Asli

Surga Dunia Itu Bernama Ibu

Diperbarui: 24 Mei 2018   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kegiatan ibu membuat kue, dokpri

Setahun ini menjadi tahun yang sibuk bagi keluarga kami. Sejak ayah pindah kantor kesatuannya, ibu pun ikut aktif dalam organisasi sebagai istri tentara. Alhasil rumah sepi saat saya pulang dari sekolah. Belum lagi kesepian melanda karena adik sedang diluar kota menyelesaikan kuliahnya. Ah... seperti sebuah lagu makan, makan sendiri... nonton, nonton sendiri... ngobrol, ngobrol sendiri, loh ?

Namun semenjak ramadan tiba, kegiatan ibu menjadi non aktif sehingga ibu lebih banyak di rumah. Entah mengapa kehadiran seorang ibu di rumah menjadi surga bagi saya. Rumah menjadi rapi, aman dan hati tentram.

Ibu adalah wanita sederhana yang rapi dan cekatan. Namun di usianya yang hampir setengah abad, ibu masih menganggap saya sebagai anak gadisnya yang masih kecil padahal usia saya seperempat abad lebih dikit. Kalau bukan saya yang curhat, pasti ibu yang curhat dengan saya. Entah itu masalah di kantor atau di posyandu. Seru sekali mendengarnya.

dokpri

Awal ramadan, ibu tak seperti ibu lainnya yang heboh mempersiapkan makanan sebanyak-banyaknya. Ibu malah menyiapkan tumisan kangkung dengan tempe dan tahu goreng. Wow voilaaa, rupanya ada empal dagingnya juga. Sahur pertama semarak rasanya, kami duduk bertiga dengan ayah. Begitu juga dengan waktu berbuka, ibu menyiapkan makanan seadanya yaitu sayur asem jagung dengan empal daging yang masih tersedia. Tak hanya itu, rupanya ibu pun membeli bihun goreng dan kolak.

Ramadan hari ketiga, rumah semakin ramai. Adik pulang ke rumah karena perkuliahannya di Jogja diliburkan. Ramadan pun semakin semarak akibat celotehan adik mengenai kegiatannya di kampus. Hal itu membuat ibu semakin sumringah karena semua anak-anaknya berkumpul di rumah ini. Adik berkata kepadaku walau segalak apapun Ibu, beliau adalah sosok yang sangat dirindukan olehnya.

Ramadan keempat, saya melihat ibu sudah sibuk mempersiapkan bahan kue. Rupanya kue tersebut bukan untuk dimakan atau persiapan lebaran sendiri namun untuk dijual. Ibu sangat lihai membuat kue, dari nastar yang dibentuk daun, kastengel hingga kue kering lainnya. Oh ya tak ketinggalan kadang kala ayah turut serta membantu ibu untuk sekedar mengecek kue di oven. Melihat kematangan kue atau sekedar mengoleh kue dengan kuning telur. Ibu memang super woman yang dapat membantu perekonomian keluarga dan memberikanku contoh bahwa hidup tak sekedar dinikmati tapi tetap untuk diperjuangkan hingga cita-cita tercapai.

Alhamdulillah, begitu surga dunia Kau persembahkan kepada keluarga kami Ya Allah. Memiliki keluarga utuh yang bahagia memang sungguh membahagiakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline