Aroma menyengat dari balado jengkol yang mungkin dinikmati pecintanya atau bahkan dibenci "haters"nya dalam pelengkap Nasi Cikur Bandung mengisi ruang udara hidung saya. Dari balik dapurnya yang "riweuh" atau ribet/sibuk, para teteh senantiasa ramah melayani pengunjung yang sumringah antre untuk merasakan nasi cikur atau nasi kencur yang wangi dan renyah. Apalagi ditambah dengan berbagai varian lauk dan tentunya.
"Jengkol tak boleh ketinggalan" sahut Boz Madyang yang tak ketinggalan membungkus satu porsi nasi cikur beserta jengkol lengkap dengan lauknya.
Saya sempat mewawancarai pedagang Nasi Cikur tersebut, sebut saja teteh. Menurut teteh, ia bersama team mengolah langsung alias memasak langsung di dapur tenantnya. Jengkol yang menjadi primadona penyukanya bisa diolah sampai 10 kg setiap hari selama festival, hmmm, kamu suka jengkol? Yuk buruan icipin... karena saya juga akhirnya merasakan jengkol yang renyah dan menurut saya sedap untuk dimakan.
"Aduh! Mudah-mudahan saya tidak ketagihan ya"
Lalu tak lepas mata saya melihat para akang-akang muda dengan gesitnya mengolah ubi merah menjadi bola-bola yang digoreng dalam lautan minyak panas. Ubi merah pilihan yang dicampur dengan tepung sagu lalu diulenin dan dibentuk bulat menghasilkan manis legit si gorengan bola ubi. Seporsi Rp. 20.000,- kita bisa mendapatkan enam buah bola ubi yang manis ini.
Selain bola ubi, hidung saya pun mencium harumnya pandan dengan kinca duriannya yang khas di Serabi Hijau 11 Bersaudara. Persis di depan tenant bola ubi Bandung tersebut, Serabi Hijau 11 Bersaudara memasang 10 tungku penanak serabi yang diletakan di depan tenantnya. Mungkin untuk mengambil perhatian pengunjung, si akang serabi menunjukkan kebolehannya dalam menuangkan serabi hijaunya yang tanpa bahan pengawet itu ke dalam tungku, aduuh raos pisan euy ditambah kinca duriannya.
Sajian Kuliner Tanah Sunda "Raos Pisan Euy"
Festival Kuliner Serpong yang berlangsung dari 10 Agustus sampai 10 September ini terletak dipelataran Summarecon Mal Serpong dengan mengangkat tema "Raos Pisan Euy" yang tentunya sudah jelas mengusung budaya tanah Sunda. Namun tak hanya itu, ada beberapa makanan khas daerah lainnya seperti Bongkot Nasi Campur Bali sampai Bakwan Malang Arema King hingga cemilan diluar khas Jawa Barat seperti Kue Ape Betawi hingga Tahu Pletok Slawi.
Terdapat total 104 tenant yang terdiri dari 66 booth makanan, 30 gerobak, 3 bale gede, 2 bale kecil dan 3 pojok dolanan. Saya memperkirakan 3 tenant di bale gede adalah tenant yang diprediksikan cukup antre dan ramai pengunjung seperti Nasi Jamblang Mang Dul.
Nasi khas Cirebon yang dibungkus daun jamblang/daun jati itu menjadi unik dengan berbagai lauk pauk dimulai dari Rp. 3000,- sehingga tentunya semakin banyak mengambil lauk atau pelengkapnya, semakin banyak juga total harga yang harus dibayarkan dengan porsi nasi yang dibilang seperti nasi kucing. Saya sampai teringat sebuah 'iklan' saat seseorang yang mengantre di depan saya dengan puasnya mengambil kuah daging yang diguyur di atas dua nasi dan sambal sehingga ia hanya merogoh kocek Rp. 15.000,- yang pastinya membuat perut kenyang.