Lihat ke Halaman Asli

Keseruan Kuliner Tempoe Doeloe di JFFF La Piazza 2017

Diperbarui: 7 Mei 2017   15:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beragam Masakan Bali, dokpri

Masa lalu dapat di kenang oleh yang mau mengenang sampai sepanjang hidupnya. 

Begitu juga kenangan akan jajanan di saat saya pernah menikmati bersamanya dulu #eh

Oke... bahasan kali ini “no baper” namun akan membuat anda “laper” dalam Festival Kampoeng Tempoe Doeloe, Jakarta Fashion and Food Festival La Piazza Kelapa Gading. Festival yang menginjak tahun ke 14 ini telah berlangsung dari tanggal 7 April sampai 7 Mei 2017 jadi masih ada hari ini untuk menikmati aneka sensasi kenangan masa lampau. Tersedia 101 tenant yang terdiri dari 38 gerobak dan 63 booth yang siap memanjakan lidah dan mengenyangkan perut walau berpetualang sendirian.

Puji syukur tidak sendirian berpetualang, saya dengan pasukan Madyang KPK Kompasiana berkesempatan menjelajah booth demi booth hingga melewati para gerobak sampai akhirnya dapat menentukan pilihan pertama saya di Masakan Khas Bali Warung Nyoman untuk mengenang suasana Bali 3 tahun yang lalu (cukup lama juga ternyata.... ). Setelah memesan nasi campur komplit plus ayam betutu, Pak Nyoman selaku pemilik tenant bercerita tentang kekhasan masakan Bali yang memang asli dan harus dilestarikan.

Pak Nyoman (sebelah kiri) dan staf yang membantu, dokpri

“Masakan Bali jarang di dapati di luar Bali itu sendiri karena masyarakat Bali terikat adat sehingga tidak bisa dengan bebas mengeskplore keluar Bali itu sendiri”.Celetuk Pak Nyoman bersemangat.

Pak Nyoman pun bercerita bahwa sebenarnya ayam betutu yang berarti “be” daging (bahasa Bali) berkaki dua yang dipanggang. Biasanya berupa ayam kampung dan bebek yang di proses memakai pelepah pinang ditaruh di bawah tanah dengan sekam padi sampai 12 jam.

Sate lilit yang artinya dililit dengan tangan secara tradisional menggunakan bambu tanpa mencampurkan tepung dan telur sama sekali. Jadi jika pada saat ini, sate lilit dililit menggunakan batang sereh adalah konsep baru untuk penguat rasa namun kenyataannya harus menggunakan bambu untuk melilitnya agar khasnya tidak hilang dari adat. Bagi masyarakat Bali, makanan tidak hanya sekedar makanan untuk dilahap namun mempunyai arti sebagai sarana sesajen atau sajian untuk keluarga yang tentu juga harus dihormati agar berkah.

Nasi Campur Bali Siap Disantap, dokpri

Setelah kenyang dengan sajian utama nasi campur plus sate lilit dari Bali, saya langsung ke tenant “Cempedak Harum” yang menjual aneka gorengan seperti cempedak goreng dan sukun goreng. Saya lebih tertarik untuk menikmati irisan cempedak goreng yang dilengkapi dengan kuah gula jawa kental sebagai pemanis yang legit karena pastinya cempedak goreng jarang untuk ditemui. Sepertinya satu cempedak goreng yang dihargai Rp 10.000,- itu tak puas dilidah, saya pun membungkusnya untuk cemilan di rumah.

Selain itu, siomay ayam “Pastellia” tak luput dari pandangan saya untuk dicicipi. Seharga Rp. 10.000,- per buah, saya dapat merasakan legit dan nikmatnya siomay ayam dan pastinya tidak cukup jika hanya satu buah untuk dinikmati.

Berbagai Macam Pastel dan Siomay, dokpri

Kampoeng Tempoe Doeloe sangat apik dan meriah dengan hiasan layang-layang yang mengingatkan akan permainan menyenangkan saat kanak-kanak.. Ditambah dengan semaraknya lagu-lagu Betawi yang melengkapi dendangan telinga sambil menyantap makanan. Arena yang luas tentu sangat dirasakan plus konsep nyaman dan unik apalagi sangat cocok untuk tempat berkumpul berbuka puasa tentunya bersama keluarga, sahabat, teman atau komunitas seperti KPK ini. Selain saling memberikan komentar tentang makanan yang dinikmati, kita juga dapat saling incip bahkan cocok untuk mengisi menu foto dalam instagram. Seperti halnya Es Krim Roti Goreng dengan taburan meses di atasnya, Es Mambo aneka rasa, Kue Cubit aneka rasa hingga Sate Klathak dan Bakmi Jowo yang membesitkan ingatan saya saat merasakan kuliner di Kota Yogyakarta bersama seseorang pada zamannya (zaman dulu....dulu...dulu).

Pasukan Madyangers, Dok Rahab

Tak hanya itu, uniknya pada tahun ini, terdapat kompetisi “Aneka Mie Nusantara” teruntuk Pemilik Usaha Kecil Menengah di kawasan Jabodetabek. Penyisihan yang telah dilakukan antara tanggal 17 – 19 Maret 2017 di Gading walk menyisihkan tiga peserta terbaik yang akan memperebutkan hadiah total Rp. 60.000.000,- dan peluang membukan usaha di MKG melalui rating penjualan tertinggi selama JFFF 2017 berlangsung. Tenant mie tersebut adalah Bakmi Ayam Pelangi, Cwie Mie Malang Regia dan Cliff Noodl Bar (Non Halal).
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline