Lihat ke Halaman Asli

Erwin Tanjung

Pengamat sosial,pendidikan

Isra Mikraj: Perjalanan Spiritual Rasulullah

Diperbarui: 10 Maret 2021   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.ngopibareng.i

Peristiwa Israk Mikraj terjadi diperkirakan pada tanggal 27 Rajab pada tahun ke delapan kenabian Nabi Muhammad Saw. Banyak perselihan ahli tentang kapan peristiwa terjadi. Tentu hal tersebut tidak menjadi perdebatan dalam tulisan ini. Israk Muikraj adalah dua peristiwa yang dilakukan oleh Rasulullah, Peristiwa pertama adalah Israk yang dimaknai dengan perjalanan  dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Pelestina. Sedangkan Mikraj adalah adalah perjalanan dari Masjidil Haram ke langit yang ketujuh ( Sidratul Muntaha ). Perjalanan ini dilakukan oleh Rasul ditempuh hanya dalam satu malam ( Tidak sampai dalam hitungan 10 jam ).

Peristiwa perjalanan ini sangat penting dan sebuah beban yang sangat berat untuk disampaikan kepada masyarakat pada waktu itu khususnya ummat Islam. Hal ini wajar karena peristiwa ini sebuah perjalanan yang sulit diterima oleh akal manusia. Jarak antara Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa disaat ini jika kita googling jaraknta sekitar 1500 km. Saat peristiwa ini terjadi kenderaan yang biasa dipakai untuk perjalanan sejauh ini adalah hewan unta. 

Perjalanan yang jauh ini akan ditempuh berminggu-minggu pulang pergi. Maka mustahil rasanya perjalanan yang jauh dapat dilakukan dalam hitungan jam. Maka dapat kita bayangkan bagaimana beratnya Nabi Muhammad Saw menyampaikan perjalanan suci kepada ummat dan masyarakat saat itu. Nabi Muhammad Saw sudah dapat membayangkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap apa yang dialaminya. 

Sudah tentu bagi orang-orang yang tidak menerima dakwah Rasul, peristiwa ini menjadi senjata untuk memperolok-olok Rasul. Begitu juga ummat Islam yang keimanan masih lemah akan memunculkan keraguan. Kondisi inilah keimanan ummat Islam diuji kepercayaan kepada Kenabian Rasulullah Saw. Hal ini ditunjukkan oleh sahabat beliau Abu Bakar ketika beliau ditanya tentang peristiwa yang dialami oleh nabi Muhammad Saw. Tanpa berpikir dan tidak memberikan kesempatan otak untuki berpikir beliau mengatakan jika itu disampaikan oleh Rasulullah maka itu adalah sebuah kebenaran.

Apa yang diperlihatkan oleh Sahabar Rasul Abu Bakar adalah sikap yang benar seorang muslim yang beriman . Ketaatan ,kepatuhan dan kepercayaan kepada Rasulullah adalah mutlak.   Rasulullah Saw tentu tidak bisa menjelaskan peristiwa tersebut kepada masyarakat . Kalaupun bisa tentu dipastikan tidak akan berterima dan sulit diterima oleh akal pikiran yang terbatas ini. Apalagi saat itu teknologi masih rendah. 

Oleh sebab itu satu-satunya cara menerima kebenaran itu adalah dengan keimanan menerima kenabian Rasulullah. Hal ini sangat penting. Ini adalah pondasi yang harus benar-benar diperkuat. Kita tidak boleh gagal memahami peristiwa Israk Mikraj ini.

Peristiwa Israk Mikraj menghingatkan kepada kita semua bahwa beragama ( Ber-Islam ) tidak seluruhnya dapat kita pahami dengan mengandalkan otak yang sangat terbatas di kepala kita ini. banyak hukum maupun perintah yang disampaikan Allah dan Rasul-Nya boleh jadi hari ini tidak kita temukan jawabannya sekarang. Banyak perintah dan hukum yang disampaikan kepada kita harus kita sikapi dengan sami'na wa ato'na ( dengar dan patuhi ). Ketaatan dan kepatuhan inilah yang harus kita miliki dalam memahami perjalanan spritual beragama ( Islam ) kita.

Kita berdoa Semoga Allah Swt melindungi kita dari analisa-analisa otak yang terbatas yang membawa kita jauh dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Amin...Amin..Ya Robbil Alamain.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline