Lihat ke Halaman Asli

Kebenaran Tidak Perlu Dibuktikan, Ia Akan Datang dengan Sendirinya

Diperbarui: 21 Februari 2024   17:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kebenaran adalah sesuatu yang tidak bisa ditolak, tidak bisa diubah, dan tidak bisa dihapus. Kebenaran adalah hakikat yang ada di balik segala fenomena yang terjadi di alam semesta. ia adalah tujuan akhir dari segala pencarian dan penelitian manusia.

Namun, apakah kebenaran itu mudah untuk diketahui? Apakah kebenaran itu selalu terlihat jelas di depan mata kita? Apakah kebenaran itu bisa dibuktikan dengan logika dan ilmu pengetahuan? Jawabannya adalah tidak. Kebenaran itu seringkali tersembunyi, terdistorsi, atau terabaikan oleh manusia. Kebenaran itu membutuhkan kepekaan, kejujuran, dan kesabaran untuk ditemukan. Kebenaran itu tidak perlu dibuktikan, ia akan datang dengan sendirinya.

Salah satu tokoh filsafat yang mengajarkan tentang kebenaran adalah Lao Tzu, pendiri Taoisme. Ia mengatakan, "Tao yang bisa diucapkan bukanlah Tao yang sejati. Nama yang bisa disebut bukanlah nama yang sejati." Dengan kata lain, kebenaran itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tidak bisa diberi label atau definisi. Kebenaran itu ada di luar batas bahasa dan pemikiran manusia. Kebenaran itu hanya bisa dirasakan dengan hati dan jiwa.

Lao Tzu juga mengatakan, "Tao yang abadi tidak berubah. Ia tidak berbuat apa-apa, namun tidak ada yang tidak dilakukannya." Dengan kata lain, kebenaran itu tidak terpengaruh oleh waktu dan ruang. Ia tidak memerlukan usaha atau tindakan dari manusia. Ia bekerja dengan sendirinya, tanpa paksaan atau kekerasan. Ia menciptakan dan mengatur segala sesuatu dengan harmoni dan keseimbangan.

Salah satu kutipan yang sesuai dengan ajaran Lao Tzu adalah, "Banyak bicara tanda pengecut, yang benar tiada pernah takut." Kutipan ini mengandung makna bahwa orang yang banyak bicara biasanya tidak yakin dengan dirinya sendiri, tidak percaya dengan kebenaran yang ia miliki, atau tidak mau mengakui kesalahan yang ia lakukan. Orang yang banyak bicara cenderung menutupi kelemahan atau kebohongan dengan omong kosong. Orang yang banyak bicara tidak berani menghadapi konsekuensi dari perkataannya.

Sebaliknya, orang yang benar tidak perlu banyak bicara. Ia cukup berbicara sesuai dengan fakta dan realita. Ia tidak takut dengan kritik atau hinaan dari orang lain. Ia tidak takut dengan ancaman atau bahaya yang menghadang. Ia tidak takut dengan kematian atau kehilangan. Ia percaya dengan kebenaran yang ia pegang, dan ia siap untuk membela dan menjalankannya.

Untuk menjadi orang yang benar, kita perlu melakukan pemaknaan diri yang mendalam. Pemaknaan diri adalah proses untuk mengenal dan memahami diri kita sendiri, baik secara fisik, mental, emosional, maupun spiritual. Pemaknaan diri adalah cara untuk menemukan jati diri, tujuan hidup, dan nilai-nilai yang kita anut. Pemaknaan diri adalah langkah untuk mencapai kesadaran, kebijaksanaan, dan kedamaian.

Pemaknaan diri bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti meditasi, introspeksi, refleksi, doa, dzikir, puasa, atau lainnya. Yang penting adalah kita bisa menenangkan pikiran, membersihkan hati, dan menyelaraskan jiwa dengan kebenaran. Dengan pemaknaan diri, kita bisa menghapus segala keraguan, kebingungan, dan kesalahan yang menghalangi kita untuk melihat kebenaran. Dengan pemaknaan diri, kita bisa mengembangkan potensi, bakat, dan kemampuan yang kita miliki untuk mewujudkan kebenaran.

Salah satu manfaat dari pemaknaan diri adalah kita bisa mendekatkan diri dengan Tuhan, sumber dari segala kebenaran. Tuhan adalah pencipta, pemelihara, dan pengatur alam semesta. Tuhan adalah yang maha tahu, maha kuasa, dan maha adil. Tuhan adalah yang maha kasih, maha pengasih, dan maha penyayang. Tuhan adalah yang maha mendengar, maha melihat, dan maha menolong.

Tuhan tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Tuhan selalu mendengar doa-doa mereka, terutama doa-doa orang yang dizalimi. Tuhan tidak akan membiarkan orang yang dizalimi terus menderita. Tuhan akan memberikan pertolongan, keadilan, dan balasan yang setimpal bagi mereka. Tuhan memiliki strategi yang sempurna dalam membalas doa-doa orang yang dizalimi.

Strategi Tuhan dalam membalas doa-doa orang yang dizalimi adalah rahasia yang hanya Tuhan yang tahu. Manusia tidak bisa mengetahui kapan, bagaimana, dan apa yang akan Tuhan lakukan. Manusia hanya bisa bersabar, berdoa, dan berusaha. Manusia harus percaya bahwa Tuhan tidak akan menyia-nyiakan doa-doa mereka. Manusia harus yakin bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline