Lihat ke Halaman Asli

Negara Siaga Satu "Perang Cyber"

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

138275173123622161

[caption id="attachment_297155" align="aligncenter" width="639" caption="Admin/Ilustrasi (Shutterstock)"][/caption] Telah lama terjadi Cyber War dengan modus "Silent Operation" sadapan asing terhadap informasi vital Negara, bagaimana diungkap mantan presiden mexico yang emailnya diretas, protes pemerintah perancis terhadap sadap ilegal kurang lebih 2 juta ponsel warganya dan terakhir oleh jerman yang merasa keamanan jalur informasinya diusik,  kecurigaan mengarah pada agen rahasia amerika (NSA) ini bukti terjadinya navigasi untuk melakukan mapping informasi dengan bermacam kepentingan. Indonesia beberapa waktu lalu mencurigai penyadapan dilakukan otoritas negara tetangga kepada pesawat rombongan presiden, kendala cyber crime juga terjadi di dalam negeri, bagaimana seorang anak SMK mampu meretas blog pribadi kepala negara, miris memang saat bangsa lain telah jauh hari mempersiapkan keamanan informasi kita baru bahkan belum memulai itupun setelah ada impact, korea utara dan china merupakan negara paling menolak keras menggunakan produksi microsoft dan aplikasi online negara lain dan jreeeeng beberapa analisis membenarkan bahwa terdapat semacam keyloger pada windows 8 yang bisa digunakan sebagai jendela untuk mengintip isi komputer saat nyambung ke internet. Polarisasi konsumtif masyarakat menyebabkan begitu mudahnya menyebarkan data personal  ke internet sehingga terekam jelas di server jejaring sosial, file-file penting yang diunggah untuk convert ke format lain tanpa disadari telah memindah tangankan dokumen penting ke pihak lain, awarnes lemah tentang pentingnya informasi ini berlangsung secara massal. Masih ingat rujukan  pentingnya informasi ? ya... "Barang siapa menguasai informasi maka dia akan menguasai Dunia" namun trend saat ini mengalami gerak pacu lebih ekstrim dengan menambahkan proposisi "... Dan siapa yang bisa mengendalikan informasi maka bisa menentukan opini" tidak usah jauh, perang urat syaraf ormas kecil di duren sawit dengan partai sebesar demokrat, bunda puteri yang kian samar, pencitraan melalu media, dst dimulai dari komunikasi dimana supply awalnya adalah informasi. Informasi bisa membentuk konstruksi berfikir setelah terjadi interaksi sehingga opini bisa membalikkan keadaan hitam jadi putih, baik jadi buruk begitu sebaliknya. Ini hanya sekelumit petaka kecil yang diakibatkan si mistikus "informasi" ditingkat low level,  bagaimana dengan lalu lintas informasi yang terjadi di internet wuiiiiih ngeri-ngeri sedap, email, facebook, twitter, begitu juga dengan apps messanger blackberry, line, whats up, dll dapat dengan mudah mencetak detail pertukaran dan komunikasi data si pengguna, lagi pula kebanyakan kantor dan infrasruktur teknologi yang digunakan bertempat di negara bukan indonesia. Di atas adalah gambaran sisi penyedia layanan aplikasi internet,  kalau devicenya? lebih edan lagi. Saat ini penggunaan device untuk online sudah bergeser dari pc ke laptop ke notebook lanjut ke tablet pokoknya berujung di smartphone, kecanggihanya punya akselerasi fantastis waktu ke waktu sekedar diketahui smartphone yang menggunakan teknologi 2g, 3g, hsdpa dan kakak-kakaknya sangat mungkin disadap karena gelombang radio yang digunakan adalah milik global dan bisa digunakan bersama. Kecuali bagi pemilik hp jadul bebasis mono. Nah, Apa yang mesti dilakukan? segera lakukan migrasi dengan kekuatan penuh disegala sektor tidak peduli pemerintah/swasta untuk menggunakan Open Source Software (OOS) dengan status URGENTLY!! karena teknologinya mandiri, berbiaya rendah dan mudah dikembangkan. Untuk membangun percepatan kapasitas SDM berikan kepada akademisi, praktisi, peneliti dan profesional TIK sebagai leader Training Of Trainer Masyarakat hingga kepelosok, kalangan terdidik masih punya semangat perjuangan & nasionalisme "Pengabdian pada Masyarakat" lagi pula ini menyangkut soal keilmuan dan lakon mereka, komunitas open source, relawan TIK bahkan hacker sekalipun juga dicetak dari dunia pendidikan. Serangan balik ke malaysia dijagat maya juga dipelopori para akademisi meskipun gerakannya tidak terkoordinir cenderung sporadis dan anonim namun berhasil menciptakan kondisi yang tidak diduga lawan, termasuk kepada peretas bangladesh yang kemarin coba uji nyali bikin rontok puluhan site resmi .id besoknya counterattack dilakukan diseluruh penjuru maya tanah air dan mampu mengguling ratusan site resmi mereka, ini bukti bahwa komunitas underground anak negeri tetap punya nasionalisme meski harus berjuang dan melawan serampangan dan tidak terwadahi. Potensi SDM kita kuat! Sekarang tergantung pemerintah sadar tidak bahwa kondisi Negara sudah siaga satu perang cyber dan akan melakukan aksi nyata bukan sekedar pidato dan memberikan arahan? Persoalan Keamanan adalah tanggung jawab seluruh elemen bangsa, sudah saatnya merah putih punya pasukan MAYA! Justru Di InTERNET Kita JAYA!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline