Lihat ke Halaman Asli

Teknologi Berkarat di Republik "Impor"

Diperbarui: 29 November 2015   01:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13919626231154223892

[caption id="attachment_321596" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/ Admin (Kompas.com)"][/caption]

 

Apa kabar program Mobnas, bagaimana riwayatmu kini? Niat bagus itu dibalas kepura-puraan pemerintah yang setengah hati, jangan mimpi bisa punya Mobnas. Bukan kali pertama kebijakan tidak memihak produk lokal tetapi sudah tak terhitung jumlahnya,. Apa yang kita pakai saat ini hampir semua dari asing. Sedikit lagi bahkan air mineral akan dipasok dari luar karena murah dibandingkan dalam negeri yang harganya akan lebih mahal.

Beginilah jika negara dijalankan dengan logika ekonomi-politik corak imperialis, dimana seluruh sistemnya selalu mengadopsi. Kemandirian bangsa dalam mencipta dan mengembangkan teknologi begitu minim, jauh tertinggal dibanding negara lain. Padahal kemandirian teknologi itu penting. Matang ditempa keadaan, dewasa dilatih waktu. Dulu kita punya program kemandirian dengan cara mengirim ribuan insiyur untuk belajar ke luar negeri. 

Perencanaan kemandirian di berbagai bidang industri, manufaktur, dan riset, pembuatan chips, pesawat, kapal, hingga keperluan pertahanan amunisi, roket,  dan torpedo. Tahun 1995 kita berhasil membuat pesawat  N-250. Ada perusahaan nasional yang sudah mampu rakit peralatan sentral otomatis, menara transmisi TV, pengembangan produk handset telepon hingga pabrik torpedo dengan teknologi canggih. Masa itu, teknologi ingin dijadikan peradaban untuk kemandirian bangsa.

Jenderal lapangannya Prof. B.J. Habibie. Yang pasti apa yang pernah digagas dan diimplementasikan beliau di berbagai sektor industri serta kebijakan pemerintah di masa orba sudah sangat sulit dilaksanakan di masa pemerintahan saat ini, kehilangan momentum.  

Ada sepuluh industri strategis sudah berjalan sendiri-sendiri. PT Krakatau Steel sebagian sahamnya sudah dilego. PT Dirgantara Indonesia, PT. PINDAD, dan PT. PAL masing-masing dengan prinsip pragmatismenya. Industri strategis lain bahkan hampir tidak lagi terdengar. Kebijakan Teknologi nasional yang dulu gegap gempita sudah raib entah kemana. Bahkan yang jadi trend, penjualan saham dari hasil kajian LIPI tentang deindustrialisasi di Indonesia.

SDM yang dulu dididik dan dilatih di luar negeri tersebut kini sebagian tersebar di beberapa negara. Kita yang memodali pendidikan dan ketrampilannya, negara lain yang nikmati. Menyedihkan. Dalam sistem perekonomian model apapun, industri adalah keniscayaan. Teknologi tanpa industri sama saja bohong. Ibarat dua sisi mata uang, teknologi dibutuhkan untuk memperoleh nilai tambah sekaligus akselerasi ekonomi. Perekonomian tanpa teknologi tidak punya daya saing.

Negara bisa maju karena industrinya, akan nampak suatu ciri spesifik. Pembangunan dan pengembangan industri-industri mereka jelas menunjukkan prinsip penggunaan dan pengembangan teknologi yang  didukung penuh kebijakan pemerintahnya. Komitmen dan kebijakan pimpinan tertinggi negara memegang peran mutlak bagi kemajuan industri nasional berbasis Teknologi. 

 

Teknologi Sekarat

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline