Lihat ke Halaman Asli

Menyamankan Blok M

Diperbarui: 27 Januari 2017   11:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta akan merubah pola bertransportasi warga Jakarta dan mereka yang mencari penghidupan di Jakarta.   Bilamana selama ini masyarakat banyak menghabiskan waktunya di jalan raya yang kurang nyaman, penuh asap kendaraan dan macet, maka dalam  2- 3 tahun ke depan, waktu bermacet ria di jalan akan banyak terpangkas.     Jangan dulu membayangkan seperti di Singapura (SG) atau Kuala Lumpur (KL) yang jaringan MRTnya sudah mencapai semua pelosok, sehingga mobilitas dari satu tempat ke tempat lain bisa demikian cepat, namun MRT Jakarta yang nantinya terbentang dari arah Selatan ke Utara itu lumayan akan dapat mengurangi sekian persen kepadatan kendaraan di jalan.

MRT mengharuskan adanya tempat-tempat pemberhentian atau halte pada jarak-jarak tertentu.  Untuk MRT Jakarta, halte-halte yang terdapat pada jalur Lebak Bulus - Bundaran HI ada 13, yaitu 7 halte layang/di atas tanah dan 6 di bawah tanah.  Dari informasi MRT, ke tujuh halte layang tersebut adalah : Lebak Bulus (sekaligus depo MRT), Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M dan Sisingamangaraja.   Sedangkan 6 halte di bawah tanah adalah : Bundaran Senayan, Istora, Benhil, Setiabudhi, Dukuh Atas, Bund. HI.    Lalu kalau dibagi dalam kategori Halte besar dan kecil, pada jalur tersebut ada 3 halte besar, dan 10 halte kecil.  Yang masuk dalam kategori halte besar, adalah : Lebak Bulus, Blok M dan Dukuh Atas. 

Membayangkan Blok M pasca terbangunnya halte MRT dan saat MRT tersebut beroperasi, maka kita perlu me "retrieve" memori tatkala mencicipi MRT sejenis di SG atau KL.  Akankan halte MRT Blok M mendorong pertumbuhan kawasan Blok M menjadi seperti Bukit Bintang di KL atau City Hall di SG ?  Kemungkinan ke arah situ bisa saja terjadi, karena saat ini saja Blok M sudah dipebuhi oleh berbagai bangunan dengan fungsi bermacam ragam, mulai dari bangunan Bank, perkantoran, pusat perbelanjaan dan mall. Blok M seharusnya diarahkan menjadi pusat kegiatan multi fungsi yang nyaman, tempat  berkumpulnya masyarakat untuk menikmati suasana perkotaan modern dalam suasana ke Indonesia an, yang aman, nyaman, bersih dan tertib.

Istilah Blok M sendiri muncul pasca terbangunnya kota baru Kebayoran Baru pada tahun 1955 (Sumber : Wikipedia). Saat itu Kebayoran Baru dibagi kedalam beberapa blok, mulai Blok A s/d Blok S.   Seiring dengan perkembangan kota, Blok M yang diproyeksikan sebagai pusat pertokoan digabung dengan Blok N yang merupakan permukiman kelas menengah atas membentuk Kelurahan Melawai.  Lalu seperti apakah suasana Blok M saat ini ditinjau dari kenyamanan berjalan kaki,.......Ingin tahu kondisi saat ini di sepanjang jalan yang membatasi Blok M ?   Yuk kita mulai telusuri mulai dari perempatan Jl Trunojoyo - Sisingamangaraja - Kyai Maja - Panglima Polim Raya, kita sebut saja sebagai perempatan CSW (nama sebuah perusahaan Belanda yang membangun Kebayoran Baru antara tahun 1949 - 1955).

1. Susah Melihat  Papan Nama Jalan

Mulai jalan kaki dari perempatan CSW ke arah Selatan, saya merasa bingung sedang melalui jalan apa karena di perempatan tsb tidak terlihat  papan nama jalannya.  Yang jelas pada sisi kiri trotoar terdapat kompleks Peruri dengan bangunan - bangunan tuanya yang bercat kusam dan  plafonnya yang mulai terkelupas, lalu di seberang Peruri ada Kejaksaan Agung dengan Gedung Bundarnya. Kemudian setelah browsing di Google barulah ketahuan, bahwa jalan yang sedang saya telusuri itu namanya Jalan (Jl) Panglima Polim Raya.   Eits belum selesai......Bukan hanya jalan tersebut yang tidak terlihat papan nama, hampir di semua jalan yang membatasi Blok M tidak terlihat  papan namanya...... silahkan lihat Jl. Melawai Raya dan  Jl. Iskandarsyah Raya.  Hal ini ..... Sangat-sangat  berbeda dengan papan nama di SG atau KL yang  terpampang dengan jelas dan besar-besar.

2. Trotoar Beraneka Ragam

Trotoar di sekeliling Blok M itu beraneka ragam.  Di sepanjang Jl. Panglima Polim Raya saja ada 3 macam, yaitu yang rata dan berwarna merah kusam, trotoar tanah di lokasi proyek MRT, dan yang ditutupi paving blok; Trotoar berubah bentuk..... di Jl Melawai Raya berbeda dengan di Jl Panglima Polim Raya, akan tetapi bentuknya sama sepanjang Jl. Melawai Raya. Masuk ke Jl. Iskandarsyah Raya ada 3 jenis yang nota bene berbeda dengan trotoar Jl. Melawai Raya, terakhir di Jl. Trunojoyo mirip di Jl. Panglima Polim Raya tetapi hanya 2 jenis.   Jadi di sekeliling Blok M ada = 4 jenis bahan penutup trotoar, yaitu : Paving block, perkerasan semen dicat, perkerasan ditutup batu-batu kecil dan yang ditutup dengan ubin motif batu alam ....Mungkin  di masa y.a.d sebaiknya diseragamkan, khususnya lebar trotoar paling sedikit 150 cm.

Bentuk trotoarnyapun berbeda-beda..... ada yang rata, ada yang miring ke arah jalan dan ada trotoar yang masih menyisakan lubang saluran drainase yang tutupnya rusak atau masih ada lubang yang terbuka. Trotoar berlubang terdapat antara  perempatan CSW sampai Pintu Masuk Terminal Blok M, trotoar yang bagus tetapi tetrganggu proyek bangunan, ada di sepanjang Jl. Melawai Raya s/d Menara Sentraya; Trotoar yang ditutupi kerimbunan pohon : Menara Sentaraya s/d Perempatan jalan Iskandarsyah Raya - Jl. Tirtayasa,; Trotoar miring ke arah jalan : Jl. Iskandarsyah Raya.

3. Pengemudi yang Digjaya vs Petugas yang Belum Berdaya

Tepat di  dekat pintu masuk Terminal Blok M ada 3 Orang petugas berseragam Dinas Perhubungan DKI, akan tetapi di Jl. Sunan Kalijaga (?) , yaitu jalan yang membatasi komplek Peruri arah ke Jl. Panglima Polim ada Metro Mini sedang ngetem mencari penumpang dan ada calo yang berteriak-teriak menyebutkan tujuan Metro mini tersebut.  Yang jadi pertanyaan adalah, kenapa ketiga petugas tersebut diam saja, tidak menyuruh pengemudi MM tersebut membawa kendaraannya masuk ke terminal ?  Bukankan Terminal Blok M itu didesain untuk transportasi modern, dimana calon penumpangnya turun dan naik di tempat yang disediakan.    Lalu di Jl Trunojoyo juga terlihat MM yang sedang ngetem, di tengah jalan Palatehan.  Hebat khan.... angkutan umum ngetem di tempat yang tidak semestinya, padahal di dekat pintu masuk terminal ada petugas.   

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline