Lihat ke Halaman Asli

Erwindya Adistiana

Learning by Experience

Kita Orang yang Lemah Pasrah akan Keadaan

Diperbarui: 3 Juni 2024   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Ketika Berada di Posisi yang Lemah | Sumber Gambar: katadata.com

"Kita Orang yang Lemah... Pasrah akan Keadaan"

Begitulah sekiranya bunyi dari lirik lagu "Andai aku Gayus Tambunan" yang dinyanyikan oleh Bona Paputungan pada tahun 2011, di mana dalam lagu tersebut Bona Paputungan menggambarkan bagaimana jika dirinya menjadi seperti Gayus Tambunan, tersangka kasus korupsi yang berita akan kasusnya sedang heboh pada saat itu, di mana ketika itu Gayus yang masih menjadi tahanan terlihat dalam photo sedang berada di luar tahanan dan berada di Bali. Mungkin Bona menggambarkan bagaimana jika dirinya bisa seperti Gayus, tidak mendekam di sel tahanan dan dapat pergi ke Bali.

Namun inti dari lirik lagu tersebut sebenarnya adalah, jika kita adalah orang yang lemah maka yang bisa kita lakukan hanya pasrah akan keadaan.

Akhir-akhir ini dunia maya dan pemberitaan di Indonesia sedang dihebohkan dengan dibukanya kembali kasus pembunuhan dan pemerkosaan Vina dan pacarnya Eki yang terjadi pada tahun 2016. Namun yang menjadi salah satu pusat perhatiaan dalam kasus ini adalah, beberapa tersangka yang ditangkap karena keterlibatan mereka dengan kasus Vina mengatakan bahwa mereka adalah korban salah tangkap, seperti salah satunya "Saka Tatal" yang mengaku jika dirinya adalah korban salah tangkap. Bahkan, Pegi alias Perong yang disebut-sebut sebagai otak dari kasus pembunuhan Vina berkali-kali mengaku bahkan berani bersumpah mengatakan bahwa dia bukanlah otak dari kasus pembunuhan Vina dan mengatakan bahwa dirinya hanyalah tumbal.

Juga apa yang dialami oleh almarhum Joya yang pada tahun 2017 harus merenggang nyawa setelah dikeroyok dan dibakar hidup-hidup akibat dituduh melakukan pencurian terhadap amplifier di musholla dan diketahui ternyata bukan pelaku pencurian tersebut.

Namun satu hal yang pasti, entah benar atau tidaknya jika mereka benar-benar melakukan pembunuhan tersebut atau tidak, tetapi terkadang ketika berada di posisi yang lemah, kita hanya bisa menerima keadaan yang menimpa kita.

Saya akan membawa sedikit gambaran bagaimana dan seperti apa terkadang ketika kita menjadi orang yang lemah dan harus pasrah akan keadaan.

Ketika seseorang yang lemah menjadi "Public Enemy" atau musuh dari publik, orang tersebut lantas akan dibenci oleh sebagian besar masyarakat publik. Akibatnya ketika ada suatu hal yang dianggap masyarakat sebagai hal yang buruk dilakukan oleh orang tersebut, maka orang tersebut lantas akan ramai-ramai dihakimi oleh sebagian besar masyarakat dan sebagai orang yang lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak memiliki apa-apa, maka orang tersebut hanya dapat pasrah mendapati nasibnya ditentukan oleh orang-orang yang menghakiminya atas suatu tindakan yang entah benar atau tidak dilakukan oleh orang tersebut. Hal ini terjadi karena timbulnya kebencian sebagian besar orang terhadap orang tersebut yang membuatnya dicap sebagai musuh publik dan dengan begitu lantas apapun yang dilakukan orang tersebut, baik benar atau salah maka akan selalu dianggap salah dimata publik dan sebagai orang yang lemah, lantas ia tidak bisa berbuat apa-apa.

mengapa begitu? Karena saya pribadi pernah merasakan hal yang sama

Ketika saya masih duduk dibangku kelas 6 SD, ketika itu memang orang tua saya memasukan saya di salah satu sekolah yang dapat dikatakan tergolong sebagai sekolah "Internasional" di mana kehidupan anak-anak di sana dapat dikatakan "Homogen" atau semuanya berasal dari kalangan sama, yakni? Kalangan anak-anak orang kelas atas yang kaya raya dan jika tidak bisa mengikuti pergaulan dan gaya hidup mereka, maka otomatis akan menjadi korban perundungan. Itulah yang terjadi kepada saya, karena memang saya bukanlah berasal dari keluarga yang kaya raya dan kebetulan keluarga saya memiliki sedikit rezeki tambahan untuk menyekolahkan saya di sekolah tersebut. Lantas karena saya tidak dapat mengikuti gaya hidup sebagian besar anak-anak di sekolah tersebut, maka secara otomoatis saya menjadi korban perundungan sebagian besar anak-anak di sekolah tersebut.

Suatu ketika terjadi insiden, di mana kita diberi tugas oleh guru kita untuk membuat salah satu planet di alam semesta menggunakan bola. Namun ketika itu ada salah satu anak yang memukul bola saya hingga jatuh dan rusak. Sontak karena kejadian tersebut, sayapun sebagai anak kecil yang masih belum dapat mengatur emosi, membalasnya dengan menendang bola anak tersebut hingga rusak juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline