Pagi hari menjelang siang,ketika hangatnya mentari mulai pudar, berganti sinar matahari yang berkilau. Cahayanya yang terang,menerobos masuk melewati kaca depan hingga kedalam kabin kendaraan.
Beruntung pandangan saya tetap aman tidak terganggu dengan silaunya sinar itu, karena hanya menyorot permukaan dasbor depan dan hanya mengenai sebagian badan.
Dari kejauhan nampak dua orang berdiri ditepi jalan,saya menduga mereka mungkin merasa ragu,takut dan kesulitan hendak menyebrang jalan.
Ketika jarak sudah semakin dekat,saya putuskan untuk memperlambat laju kendaraan dan berhenti ditempat berdirinya kedua orang itu.Sekedar memberi mereka kesempatan untuk lewat menyebrang jalan.
Dugaan saya ternyata benar,mereka mulai melintas didepan saya dan terlihat menganggukkan kepala, mungkin sebagai tanda ucapan terima kasih diberi jalan untuk menyebrang.
"Sabar banget si Abang!" komentar Ibu penumpang dari kursi belakang.Mendengar itu,saya jadi ge-er alias gede rasa,padahal cuma berhenti memberi jalan tapi malah dapat predikat sabar.
Rupanya penumpang saya merasa senang dan tindakan yang saya lakukan.Menurutnya,sikap itu masuk kategori sedekah amal yang bila dilakukan pasti akan menerima ganjaran.
"Tuhan akan memudahkan jalan bagi seseorang yang membantu dan mempermudah urusan orang lain"Ibu penumpang menambahkan.
Terus terang,saya merasa bukan tipe orang yang sabar seperti yang penumpang katakan.Saat berkendara, saya hanya berusaha mengikuti aturan yang ada.Bukankah ada aturan untuk memprioritaskan pejalan kaki dan pesepeda?
Semua orang tentu setuju,berkendara bukan hanya mengandalkan keahlian, keterampilan dan memiliki mental jalanan tapi juga sangat membutuhkan kesadaran dan kesabaran.
Sabar sudah jadi hal klise yang dibicarakan dalam kehidupan sehari hari ,tidak heran jika saya sering mendengar ungkapan banyak orang,seperti ;