Lihat ke Halaman Asli

Proyek Tol Kalimalang: "Oknum yang Untung, Pengusaha yang Buntung"

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14286631321807310978

Sudah hampir dua bulan Proyek Pembangunan Jalan tol di sepanjang jalan Kalimalang berjalan. Sudah banyak bangunan yang di bongkar, tanah yang di keruk, dan Pengusaha kecil yang merugi bahkan harus Tutup. Saya sebagai salah satu pengusaha kecil yang menyewa tanah di pinggir jalan raya kalimalang merasa sangat tercekik. Sudah dua bulan saya merugi, sangat merugi. Mungkin bukan hanya saya yang merasakan, tapi ada banyak yang seperti saya. Saya yakin mereka sebenarnya sangat amat ingin marah dan mengamuk. Tapi mau marah dan mengamuk dengan siapa? Kami hanya rakyat jelata yang tidak ada harganya dimata para pengusaha.  Sang tuan tanah seolah tidak perduli dengan apa yang terjadi disini. Saya berharap dengan tulisan ini Pemerintah bisa bertindak dengan adil dan benar sebagai bentuk pertanggung jawaban atas proyek ini. Sudah tiga kali saya membuat posting diaplikasi yang katanya dibuat untuk aduan masyarakat (Qlue) tapi nyatanya tindak lanjut hanya berupa kunjungan yang menurut saya hanya bentuk pencitraan yang ngadem-ngademin. Terhitung sejak akhir Februari proyek ini mulai berjalan dengan pemberitahuan dan persiapan yang menurut saya sangat terburu buru dan dipaksakan.

Entah benar atau tidak, tapi menurut pengakuan pemilik tanah usaha yang saya tempati belum ada kompensasi pengganti yang diberikan pemerintah atas penggusuran ini. Saya sudah bertanya dengan tetangga dikanan-kiri dan ternyata memang belum ada ganti yang diberikan pemerintah. Pantas saja pemilik tanah sewa yang saya tempati seolah tidak memperdulikan keluhan saya. Ada begitu banyak usaha di sepanjang jalan Kalimalang ini. Mereka dengan terpaksa harus merogoh kantong dalam dalam untuk “membantu” proyek ini. Untuk mereka pengusaha besar mungkin tidak masalah, tapi bagaimana dengan pengusaha kecil??

Tanah di keruk begitu dalam sehingga menjadi “jurang” antara jalan raya dan tempat tempat usaha. Material belum ada, tanah dibiarkan begitu saja dan tidak ada pengerjaan apa-apa. Belakangan kawasan pembongkaran semakin diperlebar dan diperpanjang ke arah jakarta. Saya sempat mendengar ada sekelompok pengusaha dan masyarakat yang demo karena pembongkaran ini merugikan mereka. Tapi toh ternyata seperti yang saya duga, Itu tidak akan di dengar. Lagi-lagi pada akhirnya kami yang dipaksa mengalah karena sudah lelah. Entah apa yang direncanakan, ini semua seperti cara halus mengusir kami para pengusaha kecil dari kawasan Jalan kalimalang. Kenapa saya beropini begitu? ya karena yang saya lihat, hanya usaha usaha besar yang masih diberikan akses jalan sehingga bisa tetap beroprasi.

[caption id="attachment_377819" align="aligncenter" width="269" caption="kondisi ini "][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline