Lihat ke Halaman Asli

Erwin Alwazir

Karyawan Swasta

(FAPI) Pewaris Impian

Diperbarui: 6 Juli 2015   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Pagi yang lalu.

Jari mungilnya menari di atas  tuts-tuts piano. Membuahkan nada aneh.  Sumbang bagimu. Namun bagi seorang ayah sepertiku, inilah nada terindah,  hasil karya seorang anak kecil dengan keluguannya. Sejujurnya,  aku tidak tahu  instrumen negeri mana dia mainkan. Namun aku percaya, dia  punya bakat bermain piano  seperti diriku, dulu...

Siang ini.

Senar gitar kecilnya berbunyi. Sumbang rasanya, namun bagiku selalu indah di ruang hati yang sama. Ya, hatinya seperti ditakdirkan dekat pada nada, mengeja hidup dengan jiwa. Seperti diriku, yang pernah mengalami itu, lalu lelah dan kemudian meninggalkannya. Kini...

Petang beranjak malam.

Dia tertidur pulas setelah lelah bermain angka dengan sang bunda. Aku tertegun. Batinku berkata, “Anakku, kau  menyukai sesuatu yang rumit. Ayah  khawatir engkau kalah dan meninggalkannya kelak. Melupakan  semua keinginan baikmu, meninggalkan semua karena lelah, bosan, tak sanggup bertarung dengan keadaan.”

Tetapi suara lain dihatiku membela.

“Percayalah. Dia tak akan seperti ayah-bundanya. Dia lebih tangguh kelak. Terlebih Jika doa tulus kalian selalu bersahabat dengan telinganya. Bukankah doalah yang membuat semua awal menjadi mudah, semua akhir menjelma indah?

Dua suara hati bersilang-sengketa, aku memilih yang mampu menenangkan jiwa.

“ Tidur yang nyenyak, Nak. Bawalah  impian  kami  dalam tidurmu. Antarkan  kelak di alam nyata. Dan ketika dirimu beranjak dewasa, sadarilah, kaulah pewaris sah mimpi-mimpi tersebut. Semoga....”

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline