Lihat ke Halaman Asli

Erwin Alwazir

Karyawan Swasta

Rhoma Mengaku Sama Pluralis-nya dengan Gus Dur

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jujur, waktu kecil dulu saya suka lagu dangdut. Suka mendengarnya karena waktu itu lagu pop dan Rock susah nyarinya. Belum lagi warga satu RT juga fanatik dengan cengkok ala Rhoma. Praktis setiap hari hanya dangdut saja yang sering saya dengar. Mau tak mau suka juga dengan manusia bernama Rhoma Irama ini.

Entah kelas berapa, lalu saya juga menyukai  Sona Irama yang terkenal dengan lagu “Pangeran Dangdut”. Pandangan saya waktu itu, Sona Irama inilah yang akan menjadi pengganti Rhoma suatu hari nanti. Tapi kenyataannya, setelah ditunggu sekian lama, sampai sekarang Rhoma enggan menyerahkan gelar “Raja Dangdut” itu pada Sona Irama.

Malah sekarang kita “digoyang” oleh Ridho Irama seperti ingin untuk mewarisi tahta ayahnya saja. Ah, ini namanya Dangdut Dinasti. Tapi nggak masalah karena tak ada keuangan negara yang dirugikan. Toh suara dan tampang Ridho cukup menjanjikan kok. Malah lebih menjanjikan dari Rhoma. Harusnya Ridho yang dicapreskan bukan Rhoma.

Namun pada hari ini kecintaan saya pada sosok Rhoma sampai level terendah setelah ia menganggap dirinya sama pluralis dengan Gus Dur.

"Jadi kalau dibilang berseberangan (dengan Gus Dur), saya kira tidak. Sama saja," kata Rhoma di Studio Orange Kompas TV, Palmerah, Jakarta, Selasa (7/1/2014)

Pengakuan ini muncul setelah Yenny Wahid mengatakan Rhoma berseberangan dengan Gus Dur. Menang tak dijelaskan oleh Yenny pada bagian mana yang berseberangan tadi. Yang jelas mereka sama-sama muslim, berasal dari jamaah yang sama yakni kaum Nahdliyin, dan punya hobbi yang sama yaitu nyeleneh.

Nah, nyeleneh Rhoma yang terakhir ini sangat menggelikan. Walau Rhoma mengutip Surat Al-Hujurat ayat yang menyatakan Allah sengaja menciptakan manusia berpasang-pasangan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal, untuk menempatkannya sejajar dengan Gu Dur soal Pluralisme, tetap saja pengakuan Rhoma ini bertolak belakang dengan kenyataan.

Publik masih ingat bagaimana dulu Rhoma yang menjadi pendukung setia Foke pernah menghimbau agar umat Islam Jakarta memilih pemimpin yang seagama. Ucapannya tadi tak akan meluncur kalau bukan Rhoma sengaja ingin mendiskreditkan pasangan Jokowi, Ahok, yang notabene bukan seorang muslim. Jikalau dulu Gus Dur mendukung Ahok untuk menjadi pemimin di Babel, Rhoma sebaliknya menolak pasangan Jokohok di Jakarta dengan isu agama. Dari kejadian ini sangat jelas Rhoma bukanlah seorang pluralis. Dia hanya seorang religius murni yang mencoba bermutasi menjadi seorang Pluralis. Jadi tak bisa dibandingkan dengan bapaknya Yenny Wahid.

Dengan kilas balik yang singkat tadi, seindah dan sehebat apapun pembelaan Rhoma sambil mengutip Hadits dan Al-Qur’an, tetap sosoknya yang berseberangan dengan Gus Dur-- menyangkut hukum memilih seorang pemimpin-- tidak dapat dibantah. Rhoma dengan “Satria bergitar”-nya kadung terlanjur menyanyikan lagu “minor” dihadapan publik. Lagu itu masih diingat jelas sampai sekarang. Wajar jika kemudian Yenny Wahid meminta publik untuk mengulas kembali rekam jejak Rhoma yang jauh berbeda dengan karakter Gus Dur.

Kesimpulannya, Yenny memang benar. Rhoma Berseberangan dengan Gus Dur dan Yenny Berseberangan dengan Rhoma, karena Rhoma tidak berseberangan dengan PKB-nya Muhaimin.

Gitu Aja Bawel.

Referensi :

Rhoma Irama Mengaku Seperti Gus Dur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline