Lihat ke Halaman Asli

Erwin Alwazir

Karyawan Swasta

Akibat Terlalu Sombong

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singa sang raja rimba sedang resah. Satu persatu rakyat hutan ditangkap pemburu yang bernama manusia. Untuk mengatasi itu dia segera mengumpulkan seluruh hewan. Mereka bermusyawarah mencari jalan keluar. Semua hewan menyambut dengan baik. Semua mengirim utusan untuk menghadiri pertemuan yang diadakan di atas sebuah bukit.

“Kita kepung saja pemburu itu dan kita makan beramai-ramai,”saran Harimau. Dia berdiri gagah di atas batu besar.

“Ya, benar! Aku sudah lama tidak makan manusia!” sahut Srigala sambil memperlihatkan taringnya.

“Tapi kalau manusia kita lawan, maka hutan ini habis mereka gergaji. Pohon-pohon tumbang. Kita tak punya tempat bermain dan berteduh,”sahut Kancil, hewan paling cerdik di rimba raya. Barulah Raja rimba manggut-manggut. Harimau dan Srigala juga membenarkan pendapat Kancil.

“Lalu apa yang harus kita lakukan?” kata Kodok sungai yang ikut simpati melihat nasib teman-temannya.

“Gunakan ini!” kata Kancil menunjuk kepalanya.

“Sombong!”sahut Kodok.

Kancil marah dan mengejar pimpinan Kodok, tapi raja rimba membentak dan menyuruhnya kembali ke tempat.

“Sekarang Kancil, apa yang harus kita lakukan? Kau hewan yang paling banyak akal di sini. Tolong sampaikan apa rencanamu!”titah raja rimba.

Dipuji seperti itu Kancil maju dengan angkuh dan berdiri di samping raja rimba. Lalu dia menjelaskan rencananya. Semua hewan mendengarkan dan kemudian setuju dengan rencana Kancil.

“Tapi siapa yang menjadi umpan?” Ular bertanya sambil meliuk-liuk di pohon.

Semua hewan berpandangan. Mereka tak ada yang mau angkat tangan.

“Yang jelas bukan aku,”sahut Kera. “Lariku kurang cepat.”

“Apalagi aku,”sahut Kura-Kura. "Jangankan lari, berjalan saja aku susah,"elaknya.

“Walau lariku paling cepat, aku juga tidak mau. Sebab peluru pemburu itu lebih cepat dari angin,”timpal Harimau.

“Baiklah, biar aku saja. Aku sudah tua. Tapi aku siap mati demi anak cucuku,”ujar Rusa.

Semuanya terharu dengan keputusan Rusa. Harimau dan Srigala berjanji tidak akan menganggu keluarga Rusa jika rencana itu berhasil atau gagal.

Pada hari yang telah ditentukan, semua hewan sudah berkumpul di gua. Mereka sudah menyiapkan semua peralatan untuk menjebak si pemburu. Batu-batu besar sudah disusun. Rencananya, jika para pemburu sudah masuk ke gua dan berada ditengah-tengah, maka Kancil akan memberi kode dengan tepuk tangan. Satu kali tepuk tangan, maka hewan-hewan yang bersembunyi harus mendorong batu dari tebing agar menimpa pemburu. Ketika pemburu terluka barulah akan diserang beramai-ramai. Jika Kancil tepuk tangan dua kali maka berarti keadaan masih aman dan hewan-hewan diharapkan tetap bersembunyi jangan sampai terlihat oleh para pemburu.

Begitulah, saat pemburu berhasil digiring oleh Rusa yang langsung bersembunyi dibebatuan, Kancil sudah menunggu di atas batu besar. Dia berdiri dengan sombong menantang sang pemburu yang langsung ingin menjeratnya. Kancil lalu bertepuk tangan satu kali. Tapi apa yang terjadi, suara tepuk tangan Kancil dipantulkan oleh gua.

“Kau dengar suara itu? Aku ragu, coba hitung kembali,”ujar Harimau.

Srigala memperlebar telinganya.

“Aku mendengar dia bertepuk tangan dua kali. Berarti aman,”ujar Srigala dan langsung tidur malas-malasan.

Sementara Kancil terus dikejar pemburu dengan perangkapnya. Dia terus bertepuk tangan satu kali. Tetapi gua memantulkan tepukannya sehingga seperti bertepuk dua kali. Hewan-hewan lain tetap bersembunyi sambil bersenda gurau sesama mereka. Mereka tak tahu Kancil dalam keadaan bahaya dan terus meloncat-loncat dikejar pemburu. Akibat terlalu lelah, Kancil akhirnya berhasil kena jerat. Tak ada teman-temannya yang membantu. Sebab, semua hewan mendengar ia bertepuk tangan dua kali. Ah, Kancil menangisi kesombongannya sendiri.

Lembah Dempo Hari Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline