Pertandingan antara Demokrat FC (Demokrat Fans Club) dengan Tim Anas dan PPI FC sudah di mulai. Di menit-menit babak pertama, Demokrat kesulitan menjebol gawang PPI. Pertahanan tim PPI sangat tangguh. Banyak pemain bagus eks Demokrat yang bermain di sana. Apalagi tim PPIjuga dilatih oleh Anas yang dulu sempat mengecap ban kapten di tim Demokrat. Sedikit banyak Anas yang dicopot timnya karena dianggap terlibat "skandal pengaturan skor" di Hambalang ini tahu persis isi kantong tim demokrat dan strategi mereka untuk memenangkan pertandingan.
Namun sayangnya, ketenangan Anas tidak diimbangi oleh kepiawaian manajer timnya. Karena suka sekali melontarkan komentar pedas pada perangkat pertandingan dan tim demokrat, kartu kuning yang diterima Anas setahun lalu kini berganti kartu merah. Dia harus meninggalkan lapangan pertandingan dan tidak boleh mengawal langsung timnya saat bertanding. Skor 1-0 untuk Demokrat tetap bertahan sampai pertandingan babak pertama selesai.
Di babak kedua Demokrat mengubah strategi. Pelatih dan manajer mencari penyebab mengapa mereka sulit menyarangkan bola ke gawang PPI yang hampir semua pemainnya bukan berasal dari liga-liga profesional. Dari desas-desus media dan fakta yang tersaji, demokrat merasa dalam timnya ada yang bersikap mendua. Kaki kiri menendang bola ke luar lapangan, kaki kanan mengarahkan bola ke gawang demokrat. Yes! Dapat! Ternyata asisten pelatih tim PPI dijabat oleh Gede Pasek Suardika yang terbukti ada dalam daftar manajer cadangan tim PPI.. Apa boleh buat, Pasek akhirnya diizinkan bergabung dengan tim idolanya, PPI. Bukan sebagai pinjaman, tapi pemain buangan! Bahasa politiknya dicopot. Hebat, skorberubah 2-0 untuk keunggulan sementara tim Demokrat.
Namun pertandingan terpaksa dihentikan sementara karena hujan terus-menerus dan Jakarta banjir. Stadion kabarnya tergenang lumpur Lapindo. Entahlah mana yang benar.
Sembari menunggu pertandingan dilanjutkan, tim PPI mulai mengatur strategi untuk menciptakan gol sebanyak mungkin. Komunikasi dengan pelatih mereka, Anas, yang berada di luar stadion intens dilakukan. Anas meminta mereka bermain secara elok untuk membalikan keadaan. Dukungan Anas dan kehadiran total Pasek membuat PPI kembali bergairah.
Strategi terbaru dirancang. Satu-satunya cara untuk memenangkan pertandingan adalah jika PPI dapat memancing emosionil pemain Demokrat. Terlebih kapten Demokrat yang dikomandani oleh Ibas. SBY selaku pelatih Demokrat tak lagi menjadi perhitungan. Masanya habis tahun ini. Jadi yang tersisa dilapangan sesungguhnya adalah Ibas.
Ufh, ada informasi. Nama Ibas sering disebut dalam berbagai perkara. Ia sudah mendapat kartu kuning dengan tersebarnya informasi tersebut. Seandainya mereka dapat membuat Ibas melakukan pelanggaran, pintu masuk buat 'mengkartumerahkan' Ibas bisa terjadi. Biarlah tim kalah, asakan suporter demokrat berbalik mendukung PPI. Masalahnya, bagaimana Ibas mendapat kartu merah, sedangkan kartu kuning saja dia belum dapat! Lalu siapa yang menyimpan dan berhak memberinya?
Suporter kecewa. Beginilah sepak bola politik kita. Kisruh terus seperti aslinya. Wkwkwkw
Simak hasil pertandingan lainnya di Kompas. Com.
Bacaan Santai :
Dipecat Demokrat, Pasek Bakal Tempuh Langkah Hukum
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H