Lihat ke Halaman Asli

Erwin Alwazir

Karyawan Swasta

Pengalaman Sebelum Berhaji (Lho?)

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini bukan untuk menyaingi tema topik obrolan freez minggu ini. Tapi kalau admin merasa tersaingi saya ucapkan syukur karena dengan jahilnya saya maka “Kompasiana dihatiku ini” semakin lengkap dengan berbagai karakter yang unik.

Jadi to the point aja ya, Min. Soal pengalaman berhaji mungkin mereka yang sudah pernah merasakan naik Onta lebih leluasa bercerita. Mereka lebih tahu bagimana rasanya naik Onta sambil berhaji. Tapi bagi yang belum pernah naik Onta atau Keledai tentu pengalaman haji mereka jadi lucu. Emang haji kemana pak, bu Sudah berani cerita ngambil air zam-zam di sononya? Praktis cerita pun di dapat dari pihak ke-2 atau ke-3 yang bisa jadi tidak sama dengan realitas sebenarnya.

Cuma tidak apalah selama cerita itu ditulis dengan segenap kejujuran. Mungkin sedikit banyak akan bermanfaat bagi mereka yang berencana naik Onta di masa-masa mendatang.

Okelah nggak usah berlebay-lebay ria bro.

Dibawah ini akan saya sampaikan dengan agak jahil beberapa pengalaman seseorang sebelum berhaji yang membuat haji Hajjah mereka tak berguna. Silahkan dicatat, siap tahu masuk tes ujian CPNS!

# Niat

Berhaji itu semata-mata diniatkan untuk memenuhi panggilan Allah bukan untuk menambah deretan gelar di depan nama kita. Percuma saja dan bagi saya pribadi hal itu sangat menggelikan.

Bayangkan saja, Habis haji anda di panggil Pak Haji atau Bu Hajjah. Saya saja habis Sholat nggak pernah dipanggil pak Sholat. Padahal sholat itu lebih utama dari haji! Hayo…!

Jadi kalau kita berhaji dengn tujuan seperti di atas mending diluruskan dulu niatnya sebelum “bengkok” alias disesatkan Allah di Mekkah sana. Banyak kejadiannya kok.

# Rezeki

Kita mesti ingat menunaikan haji hanya diperuntukan bagi mereka yang mampu. Bukan dimampu-mampuin. Itu nggak level namanya. Terlebih bila “kemampuan” berhaji itu didapat dengan cara yang tidak halal atau atas biaya dinas alias abidin, maka percuma saja mengharap haji yang sempurna. Contohnya pengen pergi haji dengan uang hasil mencuri atau korupsi. Urungkan saja ke tanah karena saya khawatir Onta saja melengos bila anda dekati.

Bagi mereka yang terlanjur, lihat saja perilaku mereka malah lebih parah. Walau kadang kala tidak kelihatan secara kasat mata. Misalnya suap menyuap hakim MK, melangar bestek, mengemplang pajak, sampai jadi rentenir bagi pedagang K-5 yang kesulitan modal. Ada itu walau nggak banyak.

# Siklus Ibadah

Semestinya ketika meniatkan berhaji kualitas ibadah kita meningkat dari hari ke hari. Cuma kalau sama saja seperti sebelum diniatkan atau malah nggak pernah ibadah sama sekali, berarti ada yang kurang sempurna pada keimanan kita. Boleh dong saya nanya, anda berhaji biar pengen lebih baik dari sebelumnya atau sekedar tamasya?

Kalau sekedar tamasya mendingan ikut anak-anak TK yang sering ngadain manasik haji di tanah lapang sambil tertawa-tawa dan pipis di celana. Itu lebih mengibur dari pada anda mencemarkan negeri Onta.

Nah, itu saja beberapa pengalaman mereka sebelum berhaji yangmembuat perjalanan haji mereka tak berkesan.

# Menulislah Untuk Indonesia




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline