Saya benar-benar kecewa dengan salah seorang pemerhati anak yang cukup terkenal di negeri ini, Kak Seto. Hanya karena merasa sudah menerima penjelasan objektif dari pihak JIS saat berkunjung ke lembaga pendidikan yang tengah mendapat sorotan ini, Kak Seto dalam pernyataannya terkesan membela JIS dengan memuji segala fasilitas dan kualitas yang dimiliki sekolah tersebut.
Seperti yang dilansir oleh merdeka.com, usai melihat langsung kondisi dilingkungan sekolah bertarif “dolar” tersebut, Jumat (25/4), Kak Seto mengeluarkan pernyataan aneh dengan mengatakan, "Sekolah ini cukup berkualitas. Sekolah ini tidak hanya menjadikan siswa yang cerdas secara kepintaran, melainkan juga cerdas emosional dan spiritual.”
Tak hanya itu, Kak Seto juga mengatakan tempat kejadian perkara (TKP) antara Toilet denga ruang kelas siswa masuk kategori aman. Malah tanpa sungkan Kak Seto menyangkal kabar bahwa anak Indonesia akan luntur nasionalismenya bila sekolah di sana (JIS) hanya berpatokan dengan fhoto-fhoto yang dilihatnya di ruang terbuka yang menggambarkan nasionalisme anak-anak JIS.
Jelas saja pernyataan Kak Seto tadi sangat kita sesalkan. Sebagai pemerhati anak, harusnya Kak Seto jangan mengabaikan perasaan orang tua yang anaknya menjadi korban pelecehan sekolah yang dianggap aman tersebut. Bila memang sekolah yang di maksud Kak Seto tadi memang serba ter, tentunya keadian tragis yang konon korbannya kemungkinan lebih dari satu itu, tidak akan terjadi.
Kalau alasan Kak Seto sekolah di JIS menjadikan anak cerdas baik dari segi kognitif, emosionil dan spiritual, maka kak Seto perlu memaparkan berbagai bukti pendukung.
Misalnya, sudah berapa banyak gelar yang dikoleksi anak-anak JIS dalam lomba skala internasional yang mewakili nama bangsa dan negara. Soal spiritual, apa Kak Seto punya bukti bahwa kurikulum JIS memuat pelajaran agama peserta didik sesuai keyakinannya masing-masing dan berapa kali dalam setahun JIS menggelar kegiatan keagamaan yang melibatkan pihak sekolah, orang tua dan murid, seperti perayaan natal atau buka bersama bagi mereka yang beragama Islam. Tolok ukur spiritual adalah agama. Bohong kecerdasan spiritual di dapat kalau pihak sekolah saja menjadikan agama sebagai pilihan terakhir dalam membangun karakter dan mental anak.
Soal nasionalisme juga harus dijelaskan oleh Kak Seto. Apa anak-anak di JIS hafal lagu “Indonesia raya” atau “padamu Negri” dan rajin mengadakan upacara bendera tiap senin pagi? Cek juga saat bercengkerama satu sama lain apa siswa menggunakan bahasa Indonesia di lingkungan mereka atau sok kebarat-baratan dan merasa hidup dibelahan bumi pemilik lembaga? Konon kabarnya pelajaran bahasa Indonesia tak tercantum dalam kurikulum pendidikan JIS. Tentu dengan kenyataan ini tak ada dasar bagi Kak Seto mengatakan anak-anak JIS jiwa nasionalismenya sangat tinggi, jika “bahasa ibu” mereka sendiri saja dianggap tak berkelas oleh institusi pendidikan tersebut.
Duh, ada apa gerangan dengan kak Seto?
Sumber :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H