Lihat ke Halaman Asli

Erwin Alwazir

Karyawan Swasta

Musyawarah atau Voting, Rakyat Tetap Bingung

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Drama di senayan belum berakhir. Kedua kubu masih melakukan lobi untuk meraih dukungan lintas Fraksi  plus DPD. Keduanya masih bertahan dengan pilihan masing-masing. Yang satu menginginkan pemilihan ketua MPR dilakukan lewat muyawarah mufakat. Yang satunya karena merasa unggul suara tentu menginginkan voting.

Di tayangan TV musyawarah atau voting, Masing-masing kubu  terus berbicara untuk meyakinkan rakyat. TV Kubu musyawarah menganggap voting itu tidak demokratis dan kurang beradab. TV voting sebaliknya dan menganggap msuyawarah tidak akan menyelesaikan masalah sehingga pilihan yang paling pas adalah voting terbuka. Kubu “bingung” ditampilkan oleh jubir DPD yang mengaku mengambil jalan tengah untuk merangkul kedua kubu dengan motto “Mengawal Merah Putih Untuk Indonesia Hebat”.

Di saat kedua kubu berjuang dengan terus mengutip nama rakyat, rakyat  malah bingung untuk menentukan mana yang paling ideal, Musyawarah atau Voting?

Kilas balik dulu agar semua pembaca bingung.

Kubu Musyawarah yang dikomandoi Koalisi Indonesia Hebat bersandarkan pada sila ke-4. Bagi mereka musyawarah adalah kultur budaya bangsa yang harus dijaga. Tapi kenapa mereka menolak Pilkada tak langsung lewat DPRD dan memilih pilkada langsung alias voting suara rakyat dibilik suara? Mengagungkan msuyawarah kok menolak voting?

Kubu Voting yang dikomandoi Koalisi Merah Putih  bilang musyawarah tak akan menyelesaikan masalah. Tapi kenapa mereka menetapkan Pilkada lewat musyawarah di  DPRD dengan mengabaikan voting suara rakyat? Mengagungkan voting  kok Pilkada-nya musyawarah antar Fraksi DPRD?

Kalau kita renungkan bersama, kedua kubu ini benar-benar membingungkan. Membawa-bawa nama rakyat tapi tidak konsisten dengan pilihan masing-masing. Salah besar kalau kita fanatik membela salah satu kubu. Makanya mending kedua kubu ini kita kritisi habis dari pada dibela-bela.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline