Lihat ke Halaman Asli

Erwin Alwazir

Karyawan Swasta

Kultwit SBY untuk Semua Anak Bangsa

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

republika.co.id

[caption id="" align="aligncenter" width="465" caption="republika.co.id"][/caption]

Lama tak muncul di berbagai media setelah lepas jabatan, kali ini menjelang jum’atan, SBY menyempatkan diri untuk menyapa penggemarnya. Melalui akun twitter pribadinya, @SBYudhoyono memberikan nasehat yang cukup menyejukkan bagi kita semua.

Dalam kultwit-nya, SBY mengimbau  siapa saja untuk agar meraih kekuasaan dengan cara yang benar. Sekilas mungkin ditujukan pada KMP yang dituding sebagian pihak ingin melengserkan Jokowi dengan cara menghamnbat semua programnya.

Tak hanya ditujukan pada KMP, kultwit SBY juga  mengarah pada pendukung Jokowi yang selama ini dikenal sangat gigih membelanya tanpa sedikit pun berani melontarkan kritik atau mencetuskan pandangan yang berbeda.

Khusus untuk yang  satu  ini SBY menulis,”Kebenaran mutlak adalah milik Tuhan. Sehingga janganlah selalu membenarkan yang kuat, tetapi perkuatlah kebenaran.”

Pada kalimat berikutnya SBY seperti ingin menasehati Jokowi dan pendukungnya dengan menulis,”Pemimpin yang selalu dibenarkan apapun perkataan dan tindakannya, tak disadari bisa menjadi diktator atau tiran.”

SBY juga menulis,”kekuasaan memang menggoda karena itu harus digunakan secara tepat dan bijak. Ia mengimbau agar tidak sewenang-wenang dan tidak melampaui kewenangannya."

SBY juga tak lupa mengingatkan sesama anak bangsa untuk melakukan kritik penuh etika. Katanya,"Kritik itu laksana obat. Jika dosis & cara meminumnya tepat, badan menjadi sehat. Mengkritik pemimpin haruslah beretika & patut. *SBY*".

Nasehat yang biasa dan sangat menyejukan. Kebalikan dari nasehat itu yang  mungkin diamati SBY tengah berlaku sekarang. Seseorang berusaha mencapai dan mengejark keinginannya dengan segala cara. Tak peduli legal atau ilegal, selagi kuat atau punya jabatan dihantam saja. Tak peduli juga mana batasan dan wewenang, saat berkuasa maka bawahan dianggap “hamba sahaya” saja. Dalam mengkritik juga sudah kehilangan etika dan rasa santun. Selalu mengukur pada budaya orang barat yang terus-terang dan bebas bicara dengan alasan HAM dan hak dasar manusia. Yang dikritik juga kadang tak mau mendengar. Semua kritik dianggap angin lalu.

Padahal kritik laksana apa yang kita makan. Bila bermanfaat jadilah daging, jika tak mengandung maslahat, keluarlah lewat lubang pembuangan. Sayangnyanya banyak yang lubang pembungannya agak mampet, sehingga gampang stress dan kalap jika menerima asupan lain.

Semoga Kultwit SBY ini membawa kebaikan bagi kita semua.

Sumber :

Sebelum Sholat Jum’at, Ini Kultwit SBY

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline